Rabu, 12 Agustus 2009

Pemda Aceh Diminta Bangun Jembatan Lambeuso

Zal | The Globe Journal

Banda Aceh - Jalan Pantai Barat Selatan sampai saat ini belum signifikan dalam penanganannya. Ini terbukti pada jalur Banda Aceh-Calang via Lamno yang dikerjakan oleh USAID tingkat kemajuan pembangunan sangat lamban. Jembatan Lambeuso yang sebagian rangka besi sudah di atas sungai belum dimulai pembangunannya.

"Kami minta Pemerintah Aceh segera mengambil alih lanjutan pembangunan jembatan Lambeuso yang sampai saat ini masih belum dilanjutkan pengerjaan oleh USAID," pinta Juru Bicara Kaukus Pantai Barat Selatan (KPBS) TAF Haikal kepada The Globe Journal, Kamis (13/8)

Dalam pernyataan tertulis, Haikal meminta Pemerintah Aceh segera memperbaiki longsor yang sering terjadi di jalur Medan-Aceh Selatan di Gunung Tangga Besi. Dengan demikian, tonase arus barang dari Medan bisa normal kembali. Bila secara teknis tidak memungkin segera diambil langkah-langkah membangun jalur alternatif."Jika ini diabaikan, 8 kabupaten/Kota Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Simelue, Aceh Selatan, Subulusalam, Aceh Singkil dalam waktu panjang akan terisolir," jelasnya.

KPBS menilai Pemerintah Aceh tidak serius mengatasi persoalan tranportasi di Pantai Barat Selatan yang dapat ditempuh dari 3 jalur darat via Banda Aceh-Calang, Banda Aceh-Tangse-meulaboh, Medan-Aceh selatan. "Namun sudah 5 tahun, belum ada perubahan yang cepat," terangnya.[rel/003]


http://www.theglobejournal.com/detilberita.php?id=3259

Percepatan Jalan Banda Aceh-Calang ; Pemerintah Aceh Diminta Ambil Alih Jembatan Lambeusoe

Banda Aceh, (Analisa)

Kaukus Pantai Barat Selatan (KPBS) Aceh mendesak agar Pemerintah Aceh untuk segera mengambil langkah-langkah strategis guna percepatan pembangunan jalan Banda Aceh-Calang.

“Menurut kami, perbaikan dua jembatan yang diharapkan oleh USAID harus segera dilaksanakan. Jika jembatan ini menjadi faktor penghambat penyelesaian jalan ini, maka kami meminta kepada Pemerintah Aceh dan DPR Aceh untuk segera menangani dengan APBA dan jika perlu diusulkan dalam APBN,” ujar TAF Haikal, Jurubicara KPBS kepada wartawan, Rabu (8/7).

Ia menyatakan, pembangunan jalan Banda Aceh-Calang hingga kini belum menunjukkan titik terang yang mengembirakan. Berbagai masalah muncul silih berganti, seolah-olah pemerintah, lembaga yang memberikan bantuan, dalam hal ini USAID tidak berdaya berhadapan dengan kondisi yang muncul di lapangan dengan waktu yang semakin panjang dibutuhkan.

Ini jauh dari harapan masyarakat pengguna jalan Pantai Barat Selatan Aceh itu dan terkesan kurang bersungguh-sungguh. Setelah proses pembebasan tanah selesai, kini muncul masalah yang lain lagi. Kontraktor rekanan USAID meminta Pemerintah Aceh untuk merehab jembatan yang akan dilalui guna mempercepat proses pengaspalan badan jalan.

Padahal, lanjut Haikal, bila jembatan Lambeusoe sudah selesai dikerjakan, persoalan jembatan darurat dapat teratasi dan jarak tempuh semakin cepat dan transportasi di pantai barat selatan terbebas dari rakit. Muatan barang yang diangkut bisa semakin maksimal dan berdampak semakin stabilnya harga kebutuhan pokok masyarakat di wilayah tersebut.

Cukup Lama

“Menurut kami, proses pembangunan jalan ini sudah cukup lama. Masih segar dalam ingatan kita ketika proses peresmian pertama dimulainya pembangunan jalan pada 25 Agustus 2005. Berbagai masalah muncul, proses pembebasan tanah adalah proses yang cukup lama menyita waktu dan berdampak terhadap penyelesaian pembangunan jalan itu,” terangnya.

KPBS juga mendesak USAID untuk segera melanjutkan pembangunan jalan pada section IV yang sudah lama belum tertangani yang sampai hari ini belum jelas kelanjutannya.

Disetkannya, pembangunan jalan ini merupakan komitmen dari masyarakat Amerika Serikat kepada rakyat Aceh melalui USAID.
“Kami sangat menghargai niat baik dari masyarakat Amerika. Selaku masyarakat yang berbudaya, kami merasa bantuan tersebut sangat bermakna. Akan tetapi, rakyat Aceh juga menunggu janji tersebut. Jika janji tersebut, tidak dapat diwujudkan, maka kami segenap rakyat Aceh bahu-membahu bersama dengan pemerintah Aceh akan mencoba menyelesaikannya,” sebut Haikal.

Pemerintah Aceh dan DPR Aceh perlu segera mempertimbangkan serta mengkomunikasikan dengan USAID untuk mengambil alih penyelesaian pembangunan jembatan Lambeusoe yang sampai hari ini belum dilanjutkan.

“Menurut kami, bila jembatan Lambeusoe bisa dilewati, semakin mendukung percepatan pembangunan jalan Banda Aceh-Calang. Angkutan barang yang selama ini harus melewati jembatan Kartika, karena menghindari rakit di dekat jembatan Lambeusoe tidak bisa dilewati mobil barang dengan muatan besar. Jalan ini merupakan urat nadi pertumbuhan ekonomi di kawasan pantai barat selatan Aceh,” ungkapnya. (mhd)


http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=20749:percepatan-jalan-banda-aceh-calang--pemerintah-aceh-diminta-ambil-alih-jembatan-lambeusoe&catid=42:nad&Itemid=112

Jembatan Rusak, Arus Transportasi Banda Aceh-Calang Terhambat

Banda Aceh, (Analisa)

Kerusakan jembatan Kartika yang melintasi sungai Lambusoe, di kawasan Lamno, Aceh Jaya beberapa waktu lalu, menyebabkan arus transportasi darat di lintasan Banda Aceh-Calang, saat ini terhambat.
Ratusan truk pengangkut sembako dan bahan bangunan, dari Banda Aceh ke Meulaboh maupun sebaliknya sejak beberapa hari lalu, masih tertahan di kawasan Lamno karena tak bisa melintasi sungai yang meluap, seperti biasa dilakukan selama ini. Sedangkan jembatan bailey Kartika di Desa Lamdurian, masih ditutup karena kondisinya rusak.

Dengan tertahannya ratusan truk pengangkut sembako dan kebutuhan lainnya pada jalur pantai barat selatan itu, juga berakibat mulai sulitnya beberapa bahan kebutuhan pokok rakyat di pasaran. Jika ini terus berlanjut dalam waktu lama tanpa ada upaya untuk mengatasinya, maka akan berakibat harga barang melonjak.

Juru Bicara Kaukus Pantai Barat Selatan (KPBS) Aceh, TAF Haikal mengatakan, menyusul kerusakan jembatan Kartika sehingga ditutup bagi truk, seharusnya jalan-jalan alternatif di wilayah pantai barat selatan tetap bisa dilalui truk-truk pengangkut kebutuhan rakyat.

Menurutnya, di jalan yang saat ini tertahan ratusan truk, seharusnya sudah diantisipasi jauh-jauh hari oleh Pemerintah Aceh selaku pemegang mandat melanjutkan rehabilitasi dan rekonstruksi pascaBRR terhadap jalan pantai barat selatan yang sebagian besar rusak dihantam tsunami.

"Sampai saat ini, KPBS belum melihat upaya-upaya maksimal terhadap penanganan jalan tersebut yang masih dibangun oleh USAID. Untuk jembatan Kartika, Pemerintah Aceh harus mengalokasikan anggaran perbaikan sehingga segera bisa dilalui truk pengangkut barang," ujar TAF Haikal kepada Analisa di Banda Aceh, Selasa (11/8).

Dia kembali meminta Pemerintah Aceh harus segera mengambil alih pembangunan jembatan Lambeusoe yang sampai saat ini sebagian rangka besi jembatan sudah berada di atas sungai. Jembatan Lambeuso yang bersisian dengan rakit, bila dapat segera dibangun akan bisa mengatasi masalah jembatan Kartika. "Arus tranportasi truk pengangkut barang tidak perlu dibatasi lagi, rakit sudah tidak ada lagi," terangnya.

Haikal menegaskan, bila hal-hal sangat vital yang menjadi kebutuhan rakyat terus berulang-ulang tidak ditangani, jangan salahkan bila nantinya rakyat pantai barat selatan Aceh minta "merdeka" dari Provinsi NAD.

Mengatasi Persoalan

Sementara itu, Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh, Ir Muhyan Yunan mengatakan, pihaknya sedang berupaya mengatasi persoalan tersebut dengan memperbaiki kerusakan jembatan bailey Kartika yang dibangun TNI pascatsunami di Desa Lamdurian, Lamno, Kecamatan Jaya, untuk memperlancar arus transportasi ke pantai barat selatan Aceh.

"Rencana rehab sudah dibicarakan dengan Zipur. Dibutuhkan dana sekitar Rp1,5 miliar untuk merehab jembatan bailey yang dibangun pascatsunami itu," kata Muhyan Yunan.

Menurutnya, kerusakan jembatan bailey Kartika sepanjang 120 meter itu sudah terjadi sebulan lalu. Pada saat itu para pemilik angkutan umum sudah diimbau untuk tidak mengoperasikan truk-truk besar yang membawa muatan 5 ton lebih melintas di atas jembatan tersebut.

"Sebab, jembatan itu kekuatannya sudah tak bisa dilewati lagi oleh mobil bermuatan berat," ungkapnya.

Disebutkan, tiga minggu lalu dilakukan rapat dengan Sekda Aceh dan disepakati sumber dana untuk perbaikan jembatan Kartika digunakan dana tanggap darurat.

Jembatan itu akan ditangani dengan cara membangun tiga pilar tambahan dan kabel penyangga kiri-kanan. Paket pekerjaan ini akan memakan waktu 1,5 bulan.

"Jika itu selesai, maka jembatan tersebut akan bisa dilewati lagi oleh truk yang bermuatan 20-40 ton," katanya.

Sementara untuk mengatasi persoalan bagi truk yang sudah tertahan dan memiliki muatan banyak, jalan satu-satunya adalah dengan melansir barang melintasi jembatan menggunakan mobil pick-up.

"Sebab, untuk menyeberangi sungai tidak mungkin karena kondisi air sungai sedang meluap dan deras saat ini," ujar Muhyan. (mhd)


http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=24719:jembatan-rusak-arus-transportasi-banda-aceh-calang-terhambat&catid=42:nad&Itemid=112