Minggu, 20 Januari 2013

Mahayani Pimpin RAPI Kuta Alam

Minggu, 20 Januari 2013 10:19 WIB
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BANDA ACEH - Mahayani Ridha (JZ01ANI) terpilih secara aklamasi sebagai Ketua RAPI Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh melalui prosesi musyawarah di Gedung Diklat/BKPP, Lampineueng, Banda Aceh, Sabtu (19/1). Kepengurusan periode 2013-2015 yang dipimpin Mahayani tersebut dilantik oleh Ketua RAPI Kota Banda Aceh, TAF Haikal (JZ01BTH).

Prosesi musyawarah RAPI Kuta Alam yang melahirkan kepengurusan baru menggantikan pengurus lama yang dipimpin T Armansyah (JZ01AM) berlangsung lancar. Musyawarah dibuka Sekcam Kuta Alam, Abdul Wahab dihadiri puluhan relawan RAPI dari delapan kecamatan lainnya di Kota Banda Aceh. “Kami bangga bisa memberikan ruang bagi perempuan untuk menjadi ketua RAPI, meski untuk sementara masih di lingkup kecamatan,” kata Erwinsyah (JZ01BEM), anggota RAPI Kuta Alam.

Struktur kepengurusan RAPI Kecamatan Kuta Alam yang diketuai Mahayani dibantu Kho Khie Siong (JZ01AKY) sebagai wakil ketua, Hidayatullah (JZ01BSI) sebagai sekretaris, dan Dedi Saputra (JZ01BSH) pada posisi keuangan.

Di jajaran penasihat masing-masing Drs Suwarno Amin (JZ01BSA), Drs T Armansyah (JZ01AM), Sawirman (JZ01BWV), dan Raja Malik M Ali (JZ01BJZ). Kepengurusan itu dilengkapi Seksi Organisasi diketuai Ilham Syahrizal (JZ01BUL) dan Seksi Bantuan Komunikasi diketuai Syafril Aqmar (JZ01BOO).(nas)

Editor : bakri
 
 
 http://aceh.tribunnews.com/2013/01/20/mahayani-pimpin-rapi-kuta-alam

Anggota RAPI Aceh Diminta Siaga Bencana

Published On: Sun, Jan 20th, 2013
Banda Aceh – Ketua Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Kota Banda Aceh TAF Haikal (JZ01BTH) meminta seluruh relawan atau anggota untuk selalu siaga bencana untuk memberikan bantuan komunikasi.

“Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geologi (BMKG) Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar hingga awal maret 2013 cuaca ektrim seperti banjir dan longsor masih sangat berpeluang terjadi di Aceh,” kata TAF Haikal di Banda Aceh, Sabtu (19/1/2013).
Hal tersebut disampaikan TAF Haikal seusai melantik ketua RAPI Kecamatan Kuta Alam Mahayani Ridha (JZ01ANI) yang terpilih secara aklamasi periode 2013-2015 di aula BKPP Provinsi Aceh.
Aktivis LSM Aceh itu juga mengatakan selain banjir dan longsor, angin kecang dan peningkatan status gunung api Seulawah juga harus diwaspadai.
“Selama ini relawan RAPI sangat berperan dalam memberikan bantuan komunikasi dan informasi saat terjadi bencana,” katanya.
Menurutnya RAPI Kota Banda Aceh dan Aceh Besar telah membangun 60 posko di rumah para relawan RAPI di kawasan rawan bencana, terutama di kawasan pesisir dan pusat keramaian.
“Posko bantuan komunikasi darurat ini untuk membantu menyebarluaskan informasi dan arahan kepada masyarakat saat terjadi bencana,” kata TAF Haikal.
Didampingi Komandan Satgaskom RAPI Kota Banda Aceh Ismail (JZ01BPJ), ia juga meminta seluruh relawan senantiasa menjaga loyalitas dan integritas organisasi.
“Kapanpun kita harus siap, diminta ataupun tidak oleh kit harus memberikan bantuan,” katanya. [antara]


 http://wartaaceh.com/anggota-rapi-aceh-diminta-siaga-bencana/

KPBS: Pemekaran Belum Saatnya, Namun Jika Dimusuhi akan Menjadi Besar

Banda Aceh – Isu pemekaran wilayah Aceh bagian tengah, barat dan selatan yang didasari pada kurang aspiratifnya qanun Wali Nanggroe, Bendera dan Lambang Aceh kembali mencuat setelah beberapa saat reda. Menurut Juru Bicara Kaukus Pantai Barat Selatan (KPBS) Taf Haikal saat dijumpai di ruang kerjanya, isu pemekaran tersebut bukanlah isu baru, tapi sudah lama ada dan semua itu merupakan bentuk dari demokrasi, Selasa (15/13).
“Itu tidak ada masalah, tinggal bagaimana Pemerintah Aceh selaku pengambil keputusan mengelola isu itu dan melihat itu dalam konteks positif, bukan dalam konteks negatif karena sesuatu yang dimusuhi itu akan menjadi besar dan itu pernah terjadi di Aceh,” ujar Taf Haikal.
Ia menambahkan, bicara makar saja itu tidaklah masalah dan begitu juga berbicara merdeka, tapi akan menjadi masalah begitu itu diimplementasikan, dan tentunya akan berhadapan dengan negara.
“Badan boleh saja dipenjara, tapi pikiran kan tidak bisa,” tegasnya.
Taf Haikal mengatakan bahwa seiring dengan dinamika politik di Aceh isu pemekaran sangat wajar timbul tenggelam, tapi itu belum saatnya diwujudkan, namun karena kita hidup di alam demokrasi maka diskusi-diskusi yang membahas tentang pemekaran boleh saja dilakukan.
“Menurut saya orang-orang di Pemerintahan Aceh sekarang itu adalah orang-orang yang dulu meminta lebih dari apa yang sekarang diminta oleh mereka-mereka yang menginginkan pemekaran, jadi no problem, tinggal direspon positif dan disikapi dengan bijak oleh pemerintah Aceh,” ujarnya.
Ia juga tidak membantah adanya pro dan kontra dalam masyarakat tentang Qanun Lambang dan Bendera Aceh yang sedang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) yang secara resmi akan digunakan sebagai simbol-simbol Aceh.
“Sesuai dengan temuan di lapangan, ada sebagian kecil masyarakat secara psikologis melihat lambang yang ditawarkan hari ini mempunyai masa lalu yang gelap, punya trauma psikologis melihat lambang-lambang seperti itu, ini  juga harus dipahami,” ungkapnya.
Hal tersebut menurut Taf Haikal karena demokrasi tidaklah selalu dilihat dari suara terbanyak, siapa yang paling dominan atau siapa yang paling kuat, tapi harus dilihat bahwa dalam proses perdamaian di Aceh ada masyarakat yang heterogen.
“Tapi kalau semua sudah sepakat kita mau bilang apa dan kita ikut-ikut saja, lain pun tidak berani kita,” pungkas Taf Haikal. (zamroe)
 
 
 http://atjehlink.com/kpbs-pemekaran-belum-saatnya-namun-jika-dimusuhi-akan-menjadi-besar/