Sabtu, 05 Juni 2010

Pesan Hasan Tiro: Pupuk Damai Aceh

Posted by Redaksi on Juni 5, 2010 · Leave a Comment

Banda Aceh ( Berita ) : ”Pelihara dan pupuk terus perdamaian Aceh”, demikian pesan yang sering diucapkan Tgk Mohammad Hasan di Tiro sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Seorang penggagas perdamaian yang merupakan perwakilan Pemerintah Indonesia, Dr Farid Husein, mengemukakan, Hasan Tiro semasa hidupnya selalu berpesan tentang indahnya sebuah perdamaian dan berharap agar damai di Aceh terus berlanjut.

“Hasan Tiro ingin perdamaian di Aceh ditumbuhkembangkan, karena perdamaian yang terwujud di bumi Iskandar Muda itu merupakan yang ditunggu-tunggu oleh rakyat,” katanya.

Tgk Mohammad Hasan Di Tiro meninggal dunia pada usia 86 tahun di Banda Aceh, sekitar pukul 12.25 WIB, Kamis (3/6).

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu dirawat lebih sepekan di Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) akibat penyakit infeksi paru-paru dan jantung.

Lelaki yang bertubuh sedang itu lebih 30 tahun hidup di pengasingan di luar negeri, karena pemikirannya yang bertentangan dengan Pemerintah RI. Ketika itu, dia memimpin pemberontakan dengan mengumumkan gerakan memisahkan Aceh dan NKRI pada 1976.

Sejak saat itu, situasi keamanan di Aceh kacau balau, TNI mengerahkan banyak pasukan untuk menghancurkan perlawanan bersenjata. Semuanya itu berakhir di meja perundingan di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005.

Melalui iktikad baik Pemerintah RI dan pimpinan GAM tercapailah kesepakatan untuk mengakhiri konflik bersenjata yang telah menelan ribuan nyawa di Aceh, dan lahirnya MoU Helsinki.

Aceh kini telah damai, rentetan senjata tidak lagi terdengar, mesin-mesin perang pun sudah “digudangkan” dan mantan petinggi GAM yang sebelumnya berada di luar negeri kerap “pulang kampung”, ada pula yang menetap kembali menjadi warga negara Indonesia.

Pada 2 Juni 2010, sekitar pukul 13.00 WIB, di ruang ICCU RSUDZA Banda Aceh, tempat mantan petinggi GAM itu dirawat, kembali tercatat sebuah sejarah ketika Menkopolhukkam Djoko Susilo resmi mengumumkan bahwa Hasan Tiro sudah sah menjadi WNI. Sebelumnya, Hasan Tiro berkewarganegaraan Swedia.

Selanjutnya, sekitar 26 jam lebih setelah resmi menjadi WNI, Hasan Tiro menghembuskan nafas terakhirnya.

Meski Hasan Tiro telah tiada, Farid Husen mengatakan, perdamaian Aceh akan terus terbina karena sosok mantan petinggi GAM tersebut sangat ingin terus menciptakan perdamaian di bumi “Serambi Mekah” itu. “Kita yakin perdamaian di Aceh akan terus tumbuh kembang di masa mendatang seperti apa yang dipesankan oleh Hasan Tiro,” katanya.

Hasan Tiro kembali ke Aceh pada Oktober 2008 dan sejak akhir Oktober 2009 dia tinggal di rumah khusus di kawasan Lamteumen Timur, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh.

Aceh sejahtera

Seorang pengawal pribadi Hasan Tiro, Khairuddin, juga menyatakan “wali nanggroe”, sebutan untuk Tiro, semasa hidupnya selalu menginginkan agar masyarakat Aceh sejahtera dan tidak ada konflik lagi.

“Hasan Tiro menginginkan rakyat Aceh sejahtera, sehingga siapa saja yang bertemu beliau selalu mengucapkan Aceh, Aceh, Aceh, yang bermakna agar masyarakat sejahtera,” katanya.

Mantan kombatan GAM itu juga menyatakan keinginan agar rakyat Aceh sejahtera merupakan pesan Hasan Tiro yang harus dilaksanakan pemerintah sekarang.

Mantan Panglima GAM Wilayah Batee Iliek, Darwis Jeunib, juga mewasiatkan pesan terakhir yang disampaikan Hasan Tiro agar masyarakat Aceh bisa sejahtera dalam situasi damai. Jenazah Hasan Tiro yang terbungkus kain kafan dan beberapa lembar papan telah bersemayan di liang kubur.

Meureu, Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar, menjadi pilihan keluarga dan mantan petinggi GAM sebagai lokasi peristirahatan terakhir Hasan Tiro.

Jasad Hasan Tiro dibaringkan di samping Pahlawan Nasional Teungku Chik di Tiro, yang disebut-sebut sebagai kakeknya.

Pada pemakaman yang dipimpin Abuya Teungku Prof Muhibuddin Wali, secara bergantian mantan petinggi GAM seperti Malek Mahmud, Irwandi Yusuf dan Muzakkir Manaf, menurunkan secara perlahan jenazah Hasan Tiro ke liang lahat, sebelum ditutup kembali dengan tanah.

“Hasan Tiro boleh tiada, tapi perjuangan yang dicita-citakannya yakni Aceh makmur dan sejehtara serta damai,” kata Muhibuddin Wali seusai pelaksanaan jenazah Hasan Tiro di kompleks pemakaman.

“Aceh damai, masyarakatnya sejahtera, dan bermartabat adalah salah satu cita-cita dan harapan yang selalu disampaikan Hasan Tiro kepada kami,” tambah mantan petinggi GAM lainnya, Malek Mahmud.

Malek Mahmud, yang masih berstatus WNA itu, juga menyatakan terima kasih kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang telah menyetujui perdamaian di Aceh.

Gubernur Irwandi Yusuf menyatakan rasa kehilangan atas kepergian selama-lamanya Hasan Tiro, karena dia adalah sosok tokoh yang peduli kepentingan Aceh.

Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) TAF Haikal menilai sosok Hasan Tiro adalah “guru dan orangtua” yang peduli dengan masyarakat dan daerahnya kelahirannya.

“Saya berharap semua komponen masyarakat mampu memaknai kepergian Hasan Tiro sebagai semangat untuk menumbuhkan perdamaian abadi menuju kesejahteraan yang berkeadilan di tengah masyarakat Aceh,” katanya.

Oleh karenanya, menurut dia, hikmah yang dapat dipetik atas kehilangan Hasan Tiro adalah dengan meneruskan semangat untuk menjaga perdamaian.

“Jangan ada lagi dikotomi di kalangan masyarakat. Pesan itu dapat kita maknai sebagai semangat untuk maju bersama membangun Aceh yang aman dan damai dalam kerangka NKRI. Selamat jalan ‘Wali’ kami teruskan pesanmu untuk menjaga Aceh agar tetap damai,” kata TAF Haikal. (ant/ Azhari )


http://beritasore.com/2010/06/05/pesan-hasan-tiro-pupuk-damai-aceh/

Hasan Tiro Wafat Bendera Setengah Tiang tidak Merata

Sat, Jun 5th 2010, 10:57
* Masyarakat Shalat Gaib dan Tahlilan

Utama
BANDA ACEH - Suasana masyarakat Aceh pascawafatnya Dr Tgk Hasan Di Tiro terpantau beragam. Yang sangat kontras terlihat antara lain pengibaran bendera merah putih setengah tiang. Meski ada surat edaran Gubernur Aceh tentang hari berkabung daerah, namun pengibaran bendera setengah tiang ternyata tidak merata. Ada daerah yang sama sekali tidak mengibarkan bendera nasional tersebut setengah tiang namun di beberapa daerah lain ada pula yang menaikkan bendera Partai Aceh setengah tiang. Di Kota Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh, umumnya perkantoran mengibarkan bendera merah putih setengah tiang sebagai tanda berkabung, termasuk di Masjid Raya Baiturrahman dan RSU Zainoel Abidin tempat dirawatnya Hasan Tiro hingga meninggal dunia. Di rumah dinas Ketua DPRA, Hasbi Abdullah di Blangpadang, hampir di sepanjang jalan melewati rumah itu berjejer karangan bunga ucapan belasungkawa kepada Hasan Tiro. Di halaman rumah, dipajang karangan bunga paling panjang atas nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, Nyonya Ani Yudhoyono.

Di samping itu, terlihat karangan bunga dari Wapres Boediono dan istrinya Nyonya Herawati. Di dekat pintu masuk juga tampak karangan bunga dari mantan Presiden Megawati. Sedangkan karangan bunga dari mantan Wapres Jusuf Kalla (JK) terlihat dua papan, yakni di depan rumah Hasbi Abdullah dan di depan Kantor BPM yang jarak kedua papan bunga itu sekitar 50 meter. Tak ketinggalan, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Djoko Suyanto juga mengucapkan belasungkawa melalui karangan bunga. Selebihnya, karangan bunga berjejer sekitar 100 meter di pinggir jalan itu, mulai dari pejabat di Aceh, seperti Gubernur dan Wagub, unsur pimpinan pemerintah di seluruh Aceh, bahkan dari perusahaan swasta baik di Aceh maupun Jakarta.

Karangan bunga juga berjejer di Jalan Pemancar, Lamteumen, Banda Aceh di depan rumah yang ditempati Hasan Tiro, semenjak dirinya kembali ke Aceh pada 17 November 2009. Di rumah itu, kemarin sekitar pukul 14.00 WIB, puluhan anggota KPA dari berbagai daerah di Aceh bertahlilan bersama. Ucapan terima kasih usai tahlilan itu disampaikan Meuntroe Malik Mahmud. Tadi malam, berlangsung tahlilan di kawasan tempat tinggal Wali. Tahlilan juga dilaksanakan di rumah Ketua DPRA. Sedangkan di lokasi pemakaman, kawasan Meureu, Indrapuri, Aceh Besar juga terus berdatangan warga untuk berziarah, mengaji, dan menggelar tahlilan. “Tahlilan untuk Wali dilakukan selama tujuh hari berturut-turut,” kata Juru Bicara Keluarga Hasan Tiro, Muzakkir bin Abdul Hamid.

Setengah tiang
Wartawan Serambi di berbagai wilayah Aceh melaporkan, pada Jumat kemarin atau sehari pascawafatnya Hasan Tiro, di wilayah utara, misalnya, sepanjang jalan nasional antara Panton Labu (Aceh Utara) hingga kawasan Kota Lhokseumawe terlihat bendera PA dikibarkan setengah tiang. Selain itu di perkantoran pemerintah, baik Aceh Utara maupun Kota Lhokseumawe juga dinaikkan bendera merah putih setengah tiang. Ketua PA Wilayah Pasee, Tgk Zulkarnaini mengatakan, seluruh kecamatan dan gampong diperintahkan menaikkan bendera partai, namun ada juga yang mengibarkan bendera merah putih setengah tiang. “Kalau bendera partai diwajibkan,” kata Zulkarnaini.

Bendera PA setengah tiang juga terlihat berkibar di beberapa kawasan Pidie Jaya, sedangkan bendera merah putih setengah tiang dinaikkan di perkantoran pemerintah (SKPK). Sekdakab Pidie Jaya, Ramli Daud menyatakan, pihaknya telah menginstruksikan kepada seluruh SKPK hingga kecamatan untuk menaikkan bendera merah putih setengah tiang, sebagaimana perintah Gubernur Aceh sehubungan berkabung atas wafatnya Dr Tgk Hasan Muhammad Di Tiro. “Bendera setengah tiang dikibarkan selama tiga hari sejak Jumat (4/6),” kata Ramli.

Untuk kawasan Kota Sabang, pada Jumat kemarin belum semua SKPK mengibarkan bendera setengah tiang. Meski demikian Sekda Kota Sabang yang dihubungi Serambi tadi malam membenarkan sudah menerima instruksi dari Gubernur Aceh untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama tiga hari. Di Aceh Besar, terutama di Kota Jantho, ibu kota kabupaten, Jumat kemarin, bendera setengah tiang berkibar di hampir semua SKPK sesuai instruksi gubernur. Lain halnya di Aceh Tenggara, terutama di Kutacane, pada Jumat kemarin belum terlihat pengibaran bendera setengah tiang.

Di Kantor Bupati Aceh Jaya (Calang) bendera setengah tiang juga berkibar termasuk di SKPK. Sedangkan untuk instansi vertikal seperti Kodim dan Polres dinaikkan seperti biasa, satu tiang penuh. Kabag Humas Pemkab Aceh Jaya, Drs Mahdal, membenarkan seluruh SKPK mengibarkan bendera setengah tiang. Ini dilakukan atas arahan Wakil Bupati Aceh Jaya, Zamzami A Rani yang sedang berada di Banda Aceh. Pengibaran bendera merah putih setengah tiang juga terlihat di rumah penduduk, pertokoan, dan perkantoran di Kabupaten Bireuen.

Di Tapaktuan, ibu kota Kabupaten Aceh Selatan, pada Jumat kemarin tidak terlihat satupun kantor pemerintahah, swasta, dan rumah penduduk yang mengibarkan bendera setengah tiang. Bendera merah putih tetap berkibar seperti biasanya, satu tiang penuh. Beberapa camat di Aceh Selatan yang ditanyai Serambi kemarin mengaku hingga Jumat sore belum ada menerima instruksi apapun, baik dari provinsi maupun kabupaten yang menyerukan menaikkan bendera merah putih setengah tiang.

Kabag Humas Setdakab Aceh Selatan, Zamzami Surya juga mengaku hingga Jumat (4/6) sore belum menerima surat edaran Gubernur Aceh untuk menaikkan bendera merah putih setengah tiang. Di Aceh Tengah dan Bener Meriah, Jumat kemarin juga tidak terlihat pengibaran bendera setengah tiang, baik di perkantoran pemerintah, sekolah, dan rumah penduduk. “Pada hari Jumat kemarin bendera merah putih berkibar satu tiang penuh, seperti hari-hari biasanya,” lapor wartawan Serambi di Takengon dan Redelong (Bener Meriah).

Di Kabupaten Aceh Tamiang, terutama di perkantoran, pada Jumat kemarin juga tidak terlihat pengibaran bendera merah putih setengah tiang, tetapi normal saja, satu tiang penuh seperti biasanya. Sedangkan di Kota Langsa bendera setengah tiang terlihat berkibar antara lain di Kantor Walikota, sedangkan di Aceh Timur terpantau tidak merata.

doa bergema
Selain di Kota Banda Aceh, doa (tahlilan) dan shalat gaib untuk almarhum Dr Tgk Hasan Di Tiro juga berlangsung di berbagai wilayah Aceh. Di Kabupaten Bireuen, jemaah shalat Jumat di sejumlah masjid melaksanakan shalat gaib seusai shalat Jumat kemarin. Sedangkan di Aceh Tenggara, ribuan masyarakat dan anggota Komite Peralihan Aceh (KPA), sejak Kamis (3/6) malam hingga Jumat kemarin juga melaksanakan shalat gaib dan tahlilan untuk almarhum Tgk Hasan Di Tiro.

Tahlilan dan shalat gaib dilaksanakan antara lain di rumah anggota DPRK Agara dari PA, komplek Perumahan Kumbang Indah, Kecamatan Badar. Shalat gaib juga dilaksanakan di Masjid Raya At-Taqwa Kutacane diikuti ribuan jemaah. Hadir Abuya Tgk H Samsuddin dari Seldok, Ketua MUNA Agara Tgk Isbullah, para petinggi KPA serta Pengurus Partai Aceh (PA). “Kita doakan semoga Wali mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT,” kata Anggota DPRK Agara dari PA, Budimansyah. Shalat gaib dan doa bersama juga dilaksanakan aparat pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya. Pelaksanaan doa bersama untuk almarhum Dr Tgk Hasan Di Tiro sudah diinstruksikan oleh Pemkab Pidie Jaya ke seluruh kecamatan.

Suasana berkabung juga terlihat di wilayah timur Aceh. Sejak Kamis (3/6) malam hingga tujuh hari berturut-turut, warga Aceh Tamiang, Kota Langsa, dan Aceh Timur larut dalam doa dan zikir bersama. Menurut amatan Serambi, iringan doa dan lantunan zikir bergema di semua kantor KPA dan kantor PA di tiga kabupaten/kota tersebut. “Kami juga berdoa bersama masyarakat. Kami semua merasa sangat kehilangan,” kata Ir Rusman, Ketua DPRK Tamiang. Sedangkan di Kota Langsa, ratusan anggota KPA bersama warga Langsa melaksanakan doa bersama di Kantor KPA Langsa. Takziah juga direncanakan digelar secara berturut-turut selama tujuh hari. “Kita semua merasa sangat kehilangan seorang tokoh besar. Banyak kemajuan yang telah diberikan untuk masa depan Aceh yang lebih baik,” kata Ketua PA Langsa, Iskandar.

Sementara dari Aceh Tinur dilaporkan, masyarakat bersama kalangan KPA juga melaksanakan doa, zikir, dan membaca Yasin bersama di sejumlah tempat, seperti di kantor KPA Sagoe Simpang Ulim. “Kami bersama masyarakat terus berdoa untuk Wali. Semoga Allah menempatkan di dalam surga yang tinggi,” kata Juru Bicara KPA Sagoe Simpang Ulim, Saiful alias Tgk Bale.

Jaga semangat damai
Ketua DPA/Presidium Forum LSM Aceh, TAF Haikal dalam rilisnya yang diterima Serambi malam tadi menulis, Aceh kehilangan seorang pemimpin kharismatik, Wali Nanggroe, Tgk Dr Muhammad Hasan Di Tiro. Sosok Hasan Tiro, menurut Haikal adalah tokoh yang selalu dikenal dalam masyarakat Aceh. “Terlepas kita berbeda dalam ideologi dan cara pandang melihat ‘Republik’, namun beliau selalu meyakinkan semua pihak bahwa kesejahteraan Aceh adalah segala-galanya,” tulis siaran pers tersebut. Segenap masyarakat sipil Aceh, lanjut Haikal merasa duka yang mendalam atas kepergian Hasan Tiro untuk selama-lamanya. “Kami berharap semua komponen masyarakat mampu memaknai wafatnya Wali sebagai semangat untuk menumbuhkan perdamaian abadi menuju kesejahteraan yang berkeadilan di tengah masyarakat Aceh,” kata Haikal.

Menurut Haikal, hikmah yang dapat dipetik dalam musibah ini adalah dengan meneruskan semangat untuk menjaga perdamaian. Hal ini, kata Haikal tergambar dari keinginan Wali untuk terus membangun Aceh dengan kebersamaan, perdamaian, dan persaudaraan. “Aceh harus meletakkan pondasi perdamaian atas dasar persaudaraan semua elemen masyarakat. Jangan ada lagi dikotomi di kalangan masyarakat. Pesan tersebut dapat kita maknai sebagai semangat untuk maju bersama membangun Aceh yang lebih baik,” tulis siaran pers itu. Sejak awal perjuangan Hasan Tiro adalah mengembalikan harkat dan martabat rakyat Aceh. Aceh merupakan daerah yang memiliki karakter yang unik, keras, bersahabat, dan demokratis. Nilai-nilai seperti ini sudah berkembang sejak zaman dahulu, ketika kerajaan-kerajaan besar masih ada. “Semangat ini harus kita jaga dan kita lanjutkan bersama, baik oleh politisi, akademisi, birokrat, ulama, serta masyarakat pada umumnya,” demikian Haikal.(sal/ib/bah/fs/c38/riz/az/tz/as/s/yuh/md/mir/nas)


http://www.serambinews.com/news/view/32174/bendera-setengah-tiang-tidak-merata