Kamis, 15 Oktober 2009

Poros Kemanusiaan Aceh Kirim Relawan ke Sumbar

7 October 2009, 12:43 Kutaraja Administrator

BANDA ACEH - Poros Kemanusiaan Aceh untuk gempa Sumbar, Selasa (6/10), sekira pukul 16.00 WIB, kembali mengirimkan tim relawan ke Sumatera Barat. Relawan kemanusiaan gelombang empat yang beranggotakan 15 orang itu, dilepas oleh Koordinator Poros Kemanusiaan Aceh untuk gempa Sumbar, Taf Haikal, di halaman Kesekretariatan Yayasan Sambinoe, Jalan Iskandar, Lambhuk, Ulee Kareng, Banda Aceh.

Koordinator Poros Kemanusiaan Aceh untuk gempa Sumbar, Taf Haikal, kepada Serambi mengatakan, ke 15 relawan kemanusiaan yang dikirim itu, 10 diantaranya berasal dari Yayasan Sambinoe. Sedangkang lima orang lagi merupakan relawan dari Walhi Aceh. “Yayasan Sambinoe mengirim 6 dokter spesialis dan 4 tenaga medis. Sedangkan dari Walhi Aceh mengirmkan 5 relawan yang memiliki kemampuan manajemen bencana,” sebut Taf Haikal seraya mengatakan, pengiriman relawan kali ini juga meyertakan 2 unit mobil Double Cabin, dan 1 unit Ambulance dari Yayasan Sambinoe.

Selain mengirimkan tenaga medis dan dokter, Yayasan Sambinoe juga membawa obat-obatan, pakaian baru dan pakaian layak pakai bagi korban bencana gempa bumi di Sumatera Barat itu. Untuk mendukung Posko Kesehatan dan Mobil klinik, Yayasan Sambinoe juga menyiapkan obat-obatan bagi 2000 orang yang akan ditempatkan di mobil klinik. Selain itu, Sambinoe juga menyediakan obat-obatan bagi Posko kesehatan untuk 100 pasien.

“Tak hanya itu, Yayasan Sambinoe juga membawa bahan dan obat-obatan untuk tindakah bedah bagi 100 pasien. Disamping obat-obatan, tim ini juga membawa 600 paket susu bayi, ibu hamil dan menyusui, 500 paket pakaian dalam wanita, 300 paket pempers dan sejumlah pakaian layak pakai,” rinci Taf Haikal. Sementara mengenai penempatan relawan Walhi Aceh, kata Taf Haikal, mereka akan berkoordinasi dengan tim yang sebelumnya sudah tiba di padang dan pariaman. Tim ini akan memperkuat posko dalam melakukan assesment kebutuhan korban dan melakukan komunikasi intensif dengan berbagai pihak.

Dalam kesempatan itu, Taf Haikal juga mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh pihaknya dari tim Poros Kemanusiaan Aceh di padang menyebutkan, bahwa masyarakat disana tidak terkonsentrasi pada tenda-tenda pengungsian. Sebab, kebanyakan dari mereka lebih memilih mendirikan tenda dirumah-rumah penduduk.

Haikal mengatakan, hingga Selasa kemarin Posko Poros Kemanusiaan Aceh untuk Sumbar, terus didatangi masyarakat guna memberikan bantuannya, baik dalam bentuk barang maupun uang. “Selain menerima dan menyalurkan bantuan, Poros juga melakukan distribusi dan update informasi mengenai kondisi lapangan. Poros Kemanusiaan Aceh untuk gempa sumbar masih akan menerima sumbangan dari berbagai pihak. Dan kita berharap sekecil apapun kontribusi kita, minimal dapat meringankan beban para korban,” pungkas Haikal.(tz)


http://www.serambinews.com/news/poros-kemanusiaan-aceh-kirim-relawan-ke-sumbar

Terkait Pembangunan Jalan KPBS Minta USAID Bersikap Tegas

Serambi Indonesia, 6 Oktober 2009

BANDA ACEH - Kaukus Pantai Barat-Selatan (KPBS) meminta pihak USAID bersikap tegas tentang kelanjutan pembangunan jalan Banda Aceh-Calang, terutama pada ruas section IV yang sudah terhenti sejak 19 bulan. Persoalan ini penting bagi rakyat dan Pemerintah Aceh sehingga tidak terus berlarut-larut penderitaan yang dialami masyarakat pantai barat selatan.

Jubir KPBS, TAF Haikal didampingi dua tokoh mudah, Fadli Ali SE dan Imran Mahfudi SH kepada Serambi, Senin (5/10) mengatakan, kalau beberapa waktu lalu masih bisa dipahami bila USAID selaku penyadang dana pembangunan ruas jalan Banda-Calang menghentikan pekerjaan proyek di ruas jalan Section IV. “Ini terjadi menyusul diputusnya kontrak kerja dengan pihak PT WIKA sekitar 19 bulan lalu,” ungkapnya.

Penghentian pekerjaan dikarenakan belum selesainya persoalan yang terjadi di lapangan yang merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menyelesaikannya, seperti masalah pembebasan tanah yang belum tuntas. “Tetapi setelah semua persoalan yang terjadi di lapangan tuntas diselesaikan pemerintah, ternyata USAID belum juga melanjutkan pekerjaannya. Maka kita semua menjadi heran dan ada apa dibalik semua ini,” ujar Haikal.

Ia mengatakan, masyarakat Aceh terutama di kawasan pantai barat-selatan menaruh harapan dan penghargaan pada Pemerintah Amerika ketika negera adidaya untuk menyatakan kesediannya membangun kembali jalan tersebut yang rusak akibat bencana 24 Desember 2004. “Berlarutnya proses penyelesaian pembangunan jalan tersebut membuat kami menjadi tersiksa, karena daerah kami masih terisolir akibat jalan belum selesai dibangun. Tolong USAID memperhatikan penderitaan rakyat yang membutuhkan pertolongan itu,” katanya.

Disisi lain TAF Haikal menyatakan dalam masalah ini USAID tidak hanya megubar janji akan melanjutkan pembangunan jalan tersebut. “Tetapi yang kami minta hari ini adalah ketegasan USIAD, melanjutkan kembali proyeknya atau tidak. Kami ingin jawaban tertulis soal itu dalam waktu dekat. Ini penting, karena menyangkut keputusan yang akan diambil Pemerintah Aceh dalam persoalan ini,” katanya.

Bila USAID tidak mau melanjutkan pembangunan jalan, maka Pemerintah Aceh harus segera mengambil inisiatif untuk mengusulkan dana ke pemerintah pusat melalui APBN 2010. “Kita butuh bantuan, tetapi kalau dipermaikan terus seperti ini jelas akan membuat kita tidak ada harga diri,” ujarnya. Sebelumnya pihak Pemerintah Aceh sudah mendesak USAID untuk melanjutkan kembali pembangunan jalan tersebut. Kadis Bina Marga dan Cipta Karya, Muhyan Yunan mengatakan, pihaknya sudah sering sekali menanyakan persoalan tersebut pada penanggungjawab lapangan USAID proyek jalan Banda Aceh-Calang, Roy. “Setiap kali ditanya, ia (Roy) secara lisan selalu mengatakan akan melanjutkan kembali pembangunan jalan tersebut,” katanya.(sup)