Senin, 12 Oktober 2009

KMAPGS Bersama Yayasan Sambinoe Aceh Turun Langsung ke Sumbar

Kisaran, (Analisa)

Koalisi Masyarakat Asahan Peduli Gempa Sumatera (KMAPGS), yang bergandengan dengan Yayasan Sambinoe Aceh sudah lebih dari dua hari berada di Sumatera Barat (Sumbar) guna membantu dan meringankan masyarakat yang terkena bencana alam.

Bahkan berdasarkan laporan yang diterima dari Aziz AR Panjaitan, yang merupakan salah seorang wartawan Asahan yang ikut serta dalam misi kemanusaiaan itu mengatakan, mereka telah mendirikan Posko Induk di Rumah Sakit Bersalin Aisyiyah, Jalan Abd Muis Taratak, Kota Pariaman.

"Kami mendirikan Posko Induk,"ungkap Aziz yang dihubungi Analisa, Minggu (11/10) melalui Hand Phone (HP).

Berkoordinasi dengan relawan lainnya, seperti dari Poros Kemanusiaan Aceh untuk Sumbar yang diketuai Taf Haikal, RSU Zainal Abidin Aceh, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala-NAD, Jaringan Kesejahteraan/ Kesehatan Masyarakat (JKM) Cabang Aceh dengan Direktur dr. Rais Husni Mubarok, Tim dari RS Bersalin Aisyiah Kota Pariaman-Sumbar, serta Posko Induk Muhammadiyah Kota Pariaman, sejak Jumat (9/10) turunke "mulut-mulut" bencana.

"Di sini kami memberikan bantuan dan pengobatan gratis ke pelosok-pelosok Korong atau desa-desa di sebelah utara Kabupaten Padang Pariaman, hingga keperbatasan Kabupaten Agam Lubuk Basung," paparnya.

Perjalanan sejak hari pertama tugas kemanusiaan itu bergerak melewati beberapa tempat dengan jarak tujuan 30 hingga 40 KM dari Kota Pariaman, seperti Sungai Limau, Sungai Garingging dan Kacamatan IV Koto Aur Malintang. Persisnya melewati kawasan obyek wisata Ikan Larangan di Batang Tiku, Kampung Apa Aur Malintang..

Dengan pemandangan pilu di sepanjang perjalanan, di mana hampir 80 persen rumah-rumah penduduk yang di lalui Sambinoe, hancur atau , setidak-tidaknya setiap rumah di wilayah itu mengalami keretakan yang cukup mengkhawatirkan.

Meskipun demikian, pihaknya bersama lembaga lainnya tidak sedikitpun surut untuk melakukan pertolongan khususnya di bidang kesehatan.

"Kami bergerak menuju desa-desa di puncak dan di balik bukit, meski harus melalui jalan rusak dan terjal," papar Aziz lagi.

Dipaparkannya, pertama kali gerakan sosial ini, Jumat (9/10) dilakukan pengobatan gratis kepada 84 warga mulai dari Balita hingga Lansia, Kampung Tangah, Korong Batu Basa, Nagari III Koto Aur Malintang, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kabupaten Padang Pariaman.

Diteruskan pada besok harinya, Sabtu (10/10) di Dusun I, Korong Durian Jantung, Nagari III Koto Aur Malintang, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kabupaten Padang Pariaman. Melayani 190 pasien, dengan Koordinator Lapangan dr. Lea (Aceh). Dibantu dr. Doddy Faisal Mahdi Pane (Asahan-Sumut), dr. T. Chik, dr. Yudiar, Arfan SKed, Hadi (Aceh), Muhammad Akhir Nasution dan Aziz AR Panjaitan (Asahan-Sumut). (aln)


http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=31337:kmapgs-bersama-yayasan-sambinoe-aceh-turun-langsung-ke-sumbar-&catid=51:umum&Itemid=31

Jembatan agar Dibangun

Pemprov NAD Perlu Segera Ambil Alih

Senin, 24 Agustus 2009 | 04:29 WIB

Banda Aceh, Kompas - Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diminta mengambil alih pembangunan Jembatan Lambesoe di Kecamatan Lamno, Kabupaten Aceh Jaya, jika lembaga bantuan Pemerintah Amerika Serikat tidak sanggup melanjutkan pembangunan jembatan tersebut.

Hal itu dikatakan Ketua Komisi D yang membidangi masalah infrastruktur dan pembangunan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPR Aceh) Sulaiman Abda di Banda Aceh, Minggu (23/8).

”Pengambilalihan itu sangat dimungkinkan mengingat sudah beberapa tahun jembatan itu tidak dibangun oleh USAID (Badan untuk Pembangunan Internasional AS),” kata Sulaiman.

Sulaiman mengatakan, sudah beberapa tahun pembangunan Jembatan Lambesoe, salah satu jembatan inti yang menghubungkan kawasan pantai timur dan pantai barat-selatan Aceh, tidak kunjung usai. Pembangunan jembatan tersebut terhenti sejak tahun 2008.

Lebih lanjut, politisi dari Partai Golkar ini mengatakan, dirinya sudah berkali-kali meminta kepada pihak USAID untuk melanjutkan kembali pembangunan yang terhenti sejak beberapa tahun lalu. Berbagai permasalahan yang sempat menghentikan pelaksanaan proyek pembangunan jembatan tersebut, seperti permintaan uang dari kelompok tertentu senilai Rp 150 juta dan pembebasan lahan warga, sudah tidak menjadi masalah lagi.

”Semuanya sudah tidak menjadi masalah lagi bagi pelaksana proyek. Pembebasan lahan sudah ditangani oleh pemerintah provinsi. Seharusnya, proyek sudah berjalan seperti biasa,” katanya.

Pembangunan jembatan tersebut mendesak dilakukan karena Jembatan Kartika-Jembatan Bailey yang dibangun Batalyon Zeni Tempur 1 Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat saat ini tidak mampu dilewati lagi oleh truk angkutan barang dan bus. Hanya kendaraan pribadi dan kendaraan roda dua serta angkutan penumpang yang bisa melintasi jembatan itu.

Angkutan barang, seperti sembilan bahan kebutuhan pokok dan kebutuhan untuk pembangunan di pantai barat-selatan lainnya, tidak bisa lewat kalau air sungai naik.

Hal yang sama juga diutarakan juru bicara Kaukus Pantai Barat Selatan, TAF Haikal. Dia mengatakan, Pemprov NAD beserta dinas-dinas terkait harus serius menangani hal ini.

Haikal menjelaskan, untuk mencapai kawasan pantai barat-selatan, ada tiga jalur yang bisa digunakan. Namun, semuanya dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.

Jalur tengah yang bisa dilewati, yaitu jalur Banda Aceh-Meulaboh via Tangse, rawan longsor pada musim hujan seperti sekarang ini.

Kondisi alam, disertai dengan tanjakan yang curam dan jalan yang sempit, membuat jalur ini sangat sulit dilewati oleh truk- truk berat. Ditambah lagi dengan kondisi jalan yang berlubang.

Truk dan angkutan barang yang memilih melalui jalur Medan-Subulussalam-Tapaktuan masih harus membatasi tonase beban yang dibawanya. (MHD)


http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/08/24/04294043/.Jembatan.agar.Dibangun.