Jumat, 06 Agustus 2010

Aktivis Sentil DPRA ‘Lemah Syahwat’

Fri, Aug 6th 2010, 15:38
* Ketua Banleg Keluhkan Beban Kerja
Kutaraja
BANDA ACEH - Kinerja DPR Aceh yang dinilai melorot sejak pertama dilantik kembali mendapat kritikan tajam dari kalangan aktivis LSM di Aceh. Bahkan kalangan aktivis memberi sentilan pedas kepada wakil rakyat jangan sampai “lemah syahwat” dalam bekerja karena beban yang mereka pikul adalah untuk kepentingan publik.

Sentilan lemah syahwat yang indentik dengan makna, “tidak bergairah”, “tak bernergi” itu diungkapkan kalangan aktivis dalam diskusi publik antara Ketua Komisi A DPRA, Tgk Adnan Beuransah, Ketua Banleg DPRA, Tgk Harun dengan sejumlah perwakilan aktivis LSM, di Sekretariat Forum LSM Aceh, Kamis (5/08). Sentilan itu diungkap terkait lemahnya kinerja DPR Aceh yang hingga kemarin belum menghasilkan satu pun qanun. Bahkan jadwal pembahasan delapan raqan qanun dari 21 raqan yang masuk prioritas Prolega, belum satupun jelas jadwal pembahasannya. “Berapakah sudah yang diketok palu dari 21 raqan yang masuk prioritas? Jangan sampai nanti rakyat menganggap dewan lemah syahwat,” kata aktivis Forum LSM Aceh, TAF Haikal.

Menurut TAF Hailkal, sikap dewan yang sampai saat ini belum memperlihatkan kontribusi berarti sebagai lembaga legislasi memberi dampak signifikan dalam masyarakat. Terutama banyak kebijakan pemerintah yang berjalan tidak sesuai landasan hukum yang ada. Salah satu contoh terkait kebijakan pemerintah memberlakukan program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), namun pada pratiknya di lapangan, JKA tidak didukung dasar hukum yang jelas, di samping memang raqan Kesehatan dan JKA hingga saat ini belum dibahas dan disahkan DPRA, tapi programnya sudah lebih dulu diluncurkan.

Menurut Haikal, tidak ada hal yang perlu dikeluhkan sebagai seorang anggota Dewan jika sudah masuk dalam ranah politik praktis. Jika pun ada masalah yang mengganjal, para anggota dewan mempunyai dampingan expert (staf ahli) untuk berkonsultasi. Sehingga tidak ada alasan bagi anggota DPRA mengeluh karena beratnya beban kerja yang mereka pikul.

Berikan angka lima
Kritikan tak kalah pedasnya juga dilontarkan aktivis Kata Hati Institute, Teuku Ardiansyah. Dia menilai, melihat dari indikator yang ada, kinerja DPR Aceh masih harus dipertanyakan. Jika diibaratkan dengan standar nilai, kata Ardiansyah, kinerja lembaga dewan baru dapat diberi nilai lima. Nilai rapor merah ini diberikan sangat berlasan. “Kinerja itu dilihat dari indikator dan jumlah produk yang dihasilkan. Bisa dikatakan kinerja DPRA saat ini sangat lemah, produk dan kontribusi yang dihasilkan sangat kecil,” ujarnya. Namun dia memberi apresiasi positif bila anggota dewan masih mau terlibat dalam forum diskusi, untuk mencari pemecahan berbagai masalah.

Aktivis LSM lainnya, Saifullah Abdul Gani menyebutkan, perlu ada satu kerja sama yang sinergi antara DPRA dengan elemen sipil di Aceh dalam mengatasi kebuntuan masalah program legislasi. Terutama terkait dengan rancangan qanun yang akan dibahas, perlu dibentuk unit-unit kerja masing-masing bidang (task force) dengan melibatkan lembaga sipil yang berkompeten, sehingga tidak terlalu banyak menguras energi DPRA.

Selain itu, kata dia, DPRA juga perlu juga membentuk task force untuk mengawal UUPA agar dapat masuk menjadi kosideran dalam regulasi yang dibuat DPR dan pemerintah pusat yang berkaitan dengan Aceh.

Keluhkan beban
Menanggapi kritikan para aktivis LSM, Ketua Banleg DPRA Tgk Harun mengakui jika selama ini terdapat masalah dalam proses pembahasan raqan. Salah satu hal yang dikeluhkan terkait kurangnya tenaga di DPRA dalam proses perumusan raqan yang masuk prioritas. Selain itu, DPRA juga menghadapi masalah, jika sebagian raqan yang akan dibahas tahun ini masih bersifat copy paste sehingga perlu direvisi kembali. “Inilah yang kita sedihkan. Kita terpaksa harus perbaiki lagi draf yang sudah ada sebelumnya,” kata Harun didampingi Ketua Komisi A Tgk Adnan Beuransah.

Selain itu, keterlambatan pembahasan raqan di DPRA turut dipengaruhi oleh karena para anggota dewan juga harus membahas PPAS 2010, serta keterlambatan eksekutif menyerahkan draf qanun. Namun dia menyebutkan, ada lima raqan yang dalam waktu dekat akan mulai dibahas, namun belum ditentukan jadwal pasti.

Politisi Partai Aceh ini juga mengakui bila para anggota Dewan, terutama dari Partai Aceh adalah “orang-orang baru” yang masih butuh pembelajaran tentang banyak hal di DPRA. “Kritik itu hal yang biasa, dan juga menjadi semangat pendorong bagi kami untuk bekerja lebih baik. Kami ingin juga didukung dan dibantu teman-teman,” tukasnya.(sar)


http://www.serambinews.com/news/view/36650/aktivis-sentil-dpra-lemah-syahwat