Jumat, 30 Oktober 2009

Sumbangan Aceh Untuk Sumbar Dalam Bentuk Bangunan

Kamis, Okt 29, 2009
Aceh
Banda Aceh ( Berita ) : Sumbangan rakyat Aceh untuk masyarakat Sumatra Barat pascagempa akan diwujudkan dalam bentuk bangunan, seperti tempat ibadah atau gedung sekolah.
“Sebaiknya bantuan masyarakat Aceh yang disalurkan melalui media massa lokal digunakan untuk membangun sekolah atau masjid,” kata Koordinator Poros Kemanusiaan Aceh, TAF Haikal di Banda Aceh, Kamis [29/10].
Ia mengatakan, media cetak lokal Aceh yakni Serambi Indonesia dan Harian Aceh menerima sumbangan masyarakat Aceh untuk korban gempa di Sumbar.
Seperti bantuan masyarakat Aceh untuk korban gempa di Yogyakarta, kata dia, diwujudkan membangun masjid yang bentuknya seperti Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
“Jadi, kita harapkan bantuan masyarakat Aceh yang disalurkan melalui media massa bisa digunakan untuk membangun sarana ibadah atau sekolah, sehingga manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka panjang,” ujarnya. Untuk bantuan makanan, pakaian, obat-obatan sudah dilberikan oleh Pemerintah Aceh senilai Rp2 miliar pada masa tanggap darurat.
Haikal menyatakan, Poros Kemanusiaan Aceh, lembaga yang digagas beberapa LSM di Aceh yang sejak awal terus menggalang bantuan untuk korban gempa Sumbar.
Penggalanagn dana yang terakhir dilakukan adalah dengan menggelar kegiatan kesenian yang bertajuk “Gelar Amal Aceh untuk Sumatra Barat” di Taman Sari, Banda Aceh, pada Sabtu (24/10) malam.
Pada malam amal tersebut menampilkan artis kawakan Aceh, seperti Rafly Kande dan group lawak Eempang Breuh, serta Rahmi Idola Cilik.
“Alhamdulillah kehadiran artis Aceh mampu membangkitkan solidaritas masyarakat Aceh, sekaligus membantu korban gempa di Sumatera Barat. Pada malam itu terkumpul dana sekitar Rp170 juta yang sudah disalurkan melalui Serambi Indonesia,” katanya. Sumbangan masyarakat Aceh yang sudah salurkan ke Serambi Indonesia hingga Kamis (29/10) mencapai Rp918 juta lebih. ( ant )


http://beritasore.com/2009/10/29/sumbangan-aceh-untuk-sumbar-dalam-bentuk-bangunan/

Minggu, 25 Oktober 2009

Malam Amal Kumpulkan 150 Juta

Oleh: AKNews - 25/10/2009 - 01:46 WIB

TAMAN SARI | ACEHKITA.COM — Gelar Amal Aceh untuk Sumatera Barat yang digelar di Taman Sari mampu menghimpun sumbangan berupa uang tunai senilai Rp150 juta lebih. Malam amal dimeriahkan penampilan Kande, Rahmi Idola Cilik 2, Rahma KDI, dan Eumpang Breueh.

Panitia Malam Amal yang digelar Poros Kemanusiaan Aceh yang bekerjasama dengan Yayasan Sambinoe, dan Palang Merah Indonesia, mengedarkan kotak sumbangan, yang diedarkan kepada para penonton yang menyemut di Taman Sari. Dari sumbangan penonton terhimpun lebih dari dua juta Rupiah. Selain itu, bantuan diberikan sejumlah donatur.

TAF Haikal, koordinator Poros Kemanusiaan Aceh, menyebutkan, dana yang berhasil dikumpulkan pada malam amal ini sepenuhnya akan disalurkan kepada masyarakat Sumatera Barat, yang menjadi korban gempa berkekuatan 7,9 pada Skala Richter.

“Sumbangan akan disalurkan melalui Serambi Indonesia,” kata TAF Haikal menjelang malam amal berakhir.

Nasir Nurdin, wakil redaktur pelaksana Serambi Indonesia, yang menerima langsung titipan sumbangan ini menyebutkan, rencananya dana yang berhasil dihimpun dari pembaca surat kabar tertua di Aceh itu akan dibangun lembaga pendidikan.

Malam Amal untuk Sumatera Barat menyedot perhatian masyarakat kota. Sejak usai Magrib, warga sudah menjubeli kompleks Taman Sari, yang berada di sisi selatan Masjid Raya Baiturrahman.

Kemeriahan ini disebabkan penampilan Rahmi Idola Cilik, Seuramoe Reggae, Rahma KDI, Eumpang Breueh, dan Kande. Sayang, kendati mampu menghipnotis pengunjung, penampilan dua host membuat acara kurang menarik. Host terkesan tidak mampu menguasai materi acara. Sehingga, kesalahan dilakukan berulangkali.

Penampilan Rafly dan Kande yang terlalu larut juga membuat pengunjung banyak yang beranjak pulang, sebelum acara berakhir.

“Saya datang untuk melihat penampilan Kande. Sayang, mereka tampil terlalu larut malam,” kata Ami.

Kande tampil dengan empat tembang. Tiga tembang lawas, yang belum diluncurkan ke pasar. Penampilan Kande bersama Cut Fatmiah, warga Perancis, mampu menyedot perhatian penonton. Fatmiah mampu mengimbangi vokal Rafly dalam lagu “Seulanga”. []

http://www.acehkita.com/berita/malam-amal-kumpulkan-150-juta/

Aceh Gelar Malam Amal untuk Padang


Sabtu, 24 Oktober 2009 | 22:41 WIB

TEMPO Interaktif, Banda Aceh - Poros Kemanusiaan Aceh bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia dan Yayasan Sambinoe menggelar malam amal untuk membantu korban gempa di Sumatera Barat, Sabtu (24/10) malam ini. Acara itu dipusatkan di Taman Sari Banda Aceh.

Malam amal untuk mengumpulkan dana bagi korban bencana di Padang, Sumatera Barat tersebut ikut dimeriahkan oleh penyanyi kondang Aceh, Rafly dan Grup Kande, serta para pemain film komedi Aceh, Eumpang Breueh.

“Ini adalah bentuk kepedulian masyarakat Aceh untuk membantu masyarakat Sumatera Barat. Sebelumnya, kami juga telah menggalang dana dan mengirim relawan kemanusiaan ke sana,” ujar Taf Haikal, Koordinator Poros Kemanusiaan Aceh.

Bersaamaan dengan menggalang dana, Palang Merah Indonesia juga memfasilitasi masyarakat yang ingin mendonorkan darahnya. Darah tersebut selain disumbangkan ke Padang, juga untuk kebutuhan darah di Aceh. “Untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang membutuhkannya,” ujar Ketua PMI Kota Banda Aceh Kamaruzzaman Aqni.

ADI WARSIDI

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/10/24/brk,20091024-204302,id.html

Jumat, 23 Oktober 2009

Ditolak, Rencana Pemerintah Aceh Kelola Maskapai Penerbangan

Banda Aceh, (Analisa)
Sejumlah kalangan masyarakat mulai menolak rencana Pemerintah Aceh di bawah pimpinan Gubernur Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar yang ingin mengoperasikan maskapai penerbangan Air Aceh, dengan tujuan bisnis dan target mengejar keuntungan belaka.

Karena, saat ini masih sangat banyak pekerjaan lain untuk melayani rakyat yang harus dilakukan pemerintah, dan mempercepat program pembangunan lainnya yang selama ini berjalan sangat lamban karena lemahnya kinerja Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) seperti dinas, badan dan lembaga yang sepertinya kurang mendapat perhatian dari Gubernur Aceh, yang lebih suka jalan-jalan ke luar negeri.

Juru bicara Kaukus Pantai Barat Selatan (KPBS) Aceh, TAF Haikal menyarankan, sebaiknya operasional penerbangan pesawat Air Aceh tersebut diserahkan saja kepada pihak swasta yang lebih profesional.

"Jadi, Pemerintah Aceh jangan sibuk berbisnis mengurus operasional pesawat Air Aceh, sehingga kerja lainnya dalam melayani rakyat jadi terbengkalai. Biar orang lain dari pihak yang menanganinya, tanpa campur tangan pemerintah sedikitpun," ujar TAF Haikal, Rabu (21/10).

Menurutnya, melihat pengalaman dari pengelolaan pesawat Seulawah NAD Air (SENA) yang ditangani oleh Pemprov NAD dimasa kepemimpinan Gubernur Aceh, Abdullah Puteh, yang akhirnya merugi karena tidak profesional. "Jadi, kita harus bercermin dari pengalaman itu. Jangan sampai itu dimanfaatkan orang yang tidak bertanggungjawab mencari keuntungan pribadi. Uang di Aceh sekarang sudah banyak, tinggal menggunakan saja untuk kesejahteraan rakyat, bukan mengoperasikan pesawat," tegasnya.

Ketua Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Drs H Hasbi Abdullah, secara tegas juga menyatakan penolakannya terhadap rencana Pemerintah Aceh mengoperasikan Air Aceh. Ia juga meminta pemerintah lebih fokus untuk melayani masyarakat.

"Pemerintah tidak usah urus bisnis, yang hanya mengejar keuntungan. Masih banyak yang perlu diurus, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh," kata Hasbi.

Disebutkan, walaupun pengoperasiannya tanpa memakai uang rakyat atau dana APBA, tetap saja keputusan diambil tidak boleh sepihak. Dengan tidak melibatkan kalangan legislatif, yang merupakan juga perpanjangan aspirasi masyarakat Aceh.

Saat ini, lanjutnya, belum saatnya Pemerintah Aceh berbisnis, dan mencari keuntungan. Pemerintah harus paham apa tugas yang diamanatkan kepada mereka, yaitu untuk melayani rakyatnya.

"Masih banyak yang perlu dibenahi oleh pemerintah saat ini, khususnya menyangkut tentang pelayanan publik, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengurangi pengangguran. Saya tidak setuju dengan itu, belum saatnya Pemerintah Aceh untuk berbisnis yang tujuannya hanya untuk mengejar keuntungan. Masyarakat masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan, itu yang perlu diperhatikan," tegasnya.

Hasbi meminta Pemerintah Aceh untuk membatalkan rencana tersebut, hingga rakyat Aceh benar-benar siap untuk menyahuti rencana Provinsi Aceh memiliki maskapai penerbangan sendiri.

Hendra Budian, Direktur Aceh Judicial Monitoring Institute (AJMI) menilai, kinerja Pemerintah Aceh selama ini belum membawa perubahan berarti bagi rakyat Aceh. Bahkan, jika dilihat dari segi realisasi anggaran, pada tahun ketiga kepemimpinan Irwandi-Nazar semakin terpuruk.

Lebih Buruk

"Buktinya, hingga medio Oktober 2009, realisasi serapan anggaran masih di bawah 30 persen, sementara tahun anggaran hanya tersisa 2,5 bulan lagi. Serapan anggaran tahun ini kemungkinan lebih buruk dari tahun lalu. Kalau begini terus, jangan pernah bermimpi Aceh akan lepas dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan," ujar Hendra.

Dikatakan, sebenarnya pada awal memimpin Aceh tahun 2007, pemerintahan Irwandi-Nazar sempat membawa angin segar bagi perubahan kehidupan rakyat Aceh. Karena pada tahun ini, anggaran yang diserap mencapai 63 persen dari total APBA sebesar Rp 4,7 triliun. Namun, pada tahun 2008, tahun kedua pemerintahan, jumlah anggaran yang diserap kembali melorot yakni 56 persen dari total APBA 2008 sebesar Rp8,7.

Saat ini, kata Hendra, sejumlah dinas masih sedang mengumumkan pelelangan proyek APBA 2009 di sejumlah media massa. "Saya tak habis pikir ‘kabinet’ hasil fit and proper test kinerjanya seperti ini, dan Irwandi masih mempertahankannya. Sungguh ironis," ungkapnya. (mhd)

Realisasi APBA 2009 Memprihatinkan

Banda Aceh, (Analisa)
Tingkat realisasi serapan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) tahun 2009 sebesar Rp9,7 triliun untuk mempercepat pembangunan, hingga saat ini ternyata masih sangat memprihatinkan, karena lemahnya kinerja Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) seperti dinas, badan dan lembaga daerah lainnya.

Menurut data yang diperoleh, hingga 30 September 2009, realisasi rata-rata fisik proyek APBA 2009 baru mencapai 32,15 persen dan keuangan 24,04 persen atau senilai Rp2,353 triliun dari pagu Rp9,791 triliun. Rendahnya realisasi fisik proyek APBA 2009, karena 22 SKPA dari 42 SKPA yang ada, tingkat realisasi fisik proyeknya masih berada di bawah 50 persen.

Realisasi fisik proyek APBA 2009 yang baru mencapai 32,15 persen tertinggal jauh, bila dibandingkan dengan realisasi fisik proyek Badan Kesinambungan Rekontruksi Aceh (BKRA) yang mencapai 54 persen persen dan proyek APBN dari dana dekonsentrasi yang telah mencapai 74 persen.

Kenyataan ini ternyata kurang mendapat perhatian dari Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf. Gubernur saat ini malah sedang sibuk dengan urusan lain kunjungan kerja ke luar negeri yang dilakukannya sejak 1-15 Oktober 2009, yaitu ke Amerika Serikat, Jepang dan China.

Sejumlah kalangan masyarakatmengkritik keras sikap Gubernur Aceh itu yang kurang peduli terhadap persoalan yang terjadi di daerah saat ini, karena masih banyaknya program pembangunan yang tidak bisa berjalan. Sementara kunjungan ke luar negeri dengan alasan memenuhi undangan pihak ketiga, serta menjaring investor dinilai tidak bermanfaat bagi masyarakat Aceh, karena hingga dua tahun ini banyak yang belum terealisasi meskipun sudah puluhan Nota Kesepahaman (MoU) ditandatangani.

Juru Bicara Kaukus Pantai Barat Selatan (KPBS) Aceh, TAF Haikal menyayangkan sikap Gubernur Aceh itu, yang untuk kesekian kalinya dalam tahun ini melakukan kunjungan ke sejumlah negara dengan berbagai alasan dalam jangka waktu yang lama.

Tidak Dilakukan

Sebaiknya, kunjungan ke luar negeri yang lama tidak dilakukan oleh gubernur dan rombongan. Mengingat realisasi anggaran di Aceh masih sangat rendah yaitu masih 32 persen, sementara waktu yang tersedia hanya 2,5 bulan lagi. "Kami mempertanyakan bentuk perhatian gubernur terhadap pembangunan daerah yang masih sangat lamban, jangan hanya asyik jalan-jalan saja," ujar Haikal kepada wartawan di Banda Aceh, Sabtu (10/10).

Menurutnya, jika Irwandi Yusuf tidak segera menghentikan kebiasaan jalan-jalan ke luar negeri, maka akan banyak program pembangunan yang terbengkalai, kepercayaan rakyat Aceh kepada dirinya akan sia-sia saja.

Banyak agenda pembangunan ke depan yang sudah di depan mata, perlu diprioritaskan oleh kepala daerah, seperti tahapan-tahapan penyusunan Rancangan APBA 2010. Jangan sampai terlalu lamanya gubernur di luar bisa mengganggu percepatan realisasi anggaran 2009 dan juga tepatnya jadwal pengesahan APBA 2010, kata Haikal.

Direktur Aceh Judicial Monitoring Institute (AJMI), Hendra Budian, meminta agar anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) yang baru untuk berani melarang kunjungan Gubernur Irwandi Yusuf ke luar negeri, karena tidak ada manfaat sama sekali bagi masyarakat Aceh.

Seharusnya gubernur lebih memerhatikan persoalan yang muncul di daerah dulu, ketimbang jalan-jalan terus ke luar negeri. Tugas utama anggota parlemen baru Aceh harus segera melakukan evaluasi terhadap kinerja eksekutif yang hingga saat ini belum juga menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik, kata Hendra Budian.

Harus segera kembali

Ketua sementara DPRA, Drs Hasbi Abdullah dari Partai Aceh (PA), sudah mengingatkan Gubernur Irwandi Yusuf terkait kegemarannya melakukan kunjungan ke luar negeri. "Jangan terlalu banyak ke luar negeri, dan harus segera kembali, karena masih sangat banyak tugas lain yang harus kita kerjakan dan pikirkan bersama Pemerintah Aceh," kata Hasbi Abdullah mengingatkan.

Sebelumnya, Kepala Bappeda Aceh, Munirwansyah dalam rapat evaluasi APBA 2009 triwulan III, meminta supaya 22 SKPA yang kinerja fisik proyeknya masih di bawah 50 persen, agar menggenjot kinerja fisik proyeknya dalam sisa waktu kerja sekitar 2,5 bulan lagi. Sehingga pada akhir tahun nanti realisasi fisik proyeknya bisa mencapai di atas 90 persen.

Seperti Dinas Pengairan Aceh, realisasi fisik proyeknya sampai bulan lalu menurut laporan yang disampaikan kepada Biro Administrasi Pembangunan Setdaprov Aceh baru mencapai 29,72 persen, dan keuangan 29,72 persen dari pagu yang diperoleh dalam APBA 2009 Rp 695,3 miliar. Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh yang mendapat alokasi anggaran sangat besar pada tahun ini mencapai Rp2,239 triliun, realisasi fisiknya lebih baik dari Dinas Pengairan, yakni mencapai 31,30 persen dan keuangan baru 17,65 persen. (mhd)


http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=31347:realisasi-apba-2009-memprihatinkan-&catid=442:12-oktober-2009&Itemid=221

Kamis, 22 Oktober 2009

Dana Kompensasi Karbon Sebaiknya Dikelola Kabupaten

Rabu, Okt 21, 2009
Banda Aceh ( Berita ) : Dana kompensasi karbon yang akan diberikan negara donor untuk Provinsi Aceh sebaiknya dikelola langsung oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kata aktivis lingkungan hidup Aceh TAF Haikal di Banda Aceh, Rabu [21/10].
Dengan demikian, menurut dia, masing-setiap kepala daerah bertanggungjawab untuk memelihara hutan di wilayahnya. “Sebaiknya dana kompensasi karbon tersebut dikelola langsung oleh Pemerintah Aceh kemudian diserahkan ke kabupaten/kota dengan memakai skema pembagian keuangan migas,” katanya.
Jadi, kata mantan Ketua Forum LSM Aceh itu, dana kompensasi karbon tidak lagi dikelola oleh LSM asing, tetapi dipercayakan kepada Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota, sehingga tanggungjawab kepala daerah menjaga kelestarian hutan akan semakin besar.
Selain itu, bupati tidak mudah mengeluarkan konsesi hak guna usaha (HGU) perkebunan atau pertambangan. Kabupaten/kota bisa mengelola dana tersebut untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar hutan, sehingga mereka bisa bersama-sama pemerintah menjaga kelestarian hutan, ujarnya.
Bila ini berjalan, secara tidak langsung Pemerintah kabupaten/kota belajar mengelola keuangan internasional. “Apabila ini berhasil, ada nilai plus tersendiri bagi pemerintah kabupaten, karena mereka sudah mampu mengelola dana internasional dengan baik,” ujarnya.
Tim Asistensi bidang sistem manajemen informasi Gubernur Aceh Wibisono yang menangani masalah kompensasi karbon itu menyatakan kompensasi karbon masih dalam tahap mendekatan dan analisis, sedangkan teknisnya belum dibicarakan. Ia mengakui ada negara yang sudah komitmen membeli karbon hutan Aceh, tapi sampai sekarang beluam ada realisasinya.
Wibisono menambahkan perdagangan karbon memiliki beberapa model antara lain mengikuti Protokol Kyoto yang mengatur pengurangan emisi aktivitas industri.
Menyinggung pengelolaan dana, ia menyatakan, belum memikirkan ke arah itu karena mekanismenya belum jelas. Sebelumnya juru bicara LSM Flora dan Fauna International (FFI) Aceh Dewa Gumay mengatakan FFI yang sejak awal menginisiasi kredit karbon hutan Aceh khususnya Ulu Masen memfasilitasi bantuan teknis seperti menyediakan konsultasi untuk Pemerintah Aceh.
Perdagangan karbon sendiri, menurut Dewa Gumay, hingga kini belum ada mekanisme yang jelas seperti bagaimana penyaluran dana untuk Aceh.
Ia mengatakan komitmen tersebut akan dimulai di wilayah Ulu Masen yang menjadi proyek percontohan. Dipastikan tidak seluruh luas hutan Ulu Masen yang mencapai 740 ribu hektare menjadi kawasan perdagangan karbon.
“Kami belum tahu wilayah mana yang layak untuk perdagangan karbon karena assessment juga belum dilakukan,” tambahnya.
Hutan Ulu Masen, sebagai kawasan ekosistem yang belum memiliki status baik melalui Peraturan Menteri maupun peraturan lain dipilih karena memiliki tantangan bagaimana melindungi wilayah hutan yang tidak berstatus hukum.
Kawasan hutan Aceh masih dinilai sebagai salah satu yang terluas di Indonesia sehingga diwacanakan perdagangan karbon terhadap hutan-hutan tersebut untuk mengurangi dampak perubahan iklim. ( ant )


http://beritasore.com/2009/10/21/dana-kompensasi-karbon-sebaiknya-dikelola-kabupaten/

Selasa, 20 Oktober 2009

Galang Bantuan Gempa, Biker Konvoi

Oleh: Radzie - 17/10/2009 - 20:15 WIB

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Bikers Aceh yang tergabung dalam beberapa club sepeda motor di Banda Aceh akan melakukan konvoi kemanusiaan untuk menggalang dana untuk Sumatera Barat, Ahad (18/10). Konvoi akan mengambil start di depan Masjid Raya Baiturrahman pada pukul 15.00 WIB dan mengelilingi Kota Banda Aceh.

Konvoi sepeda motor ini merupakan rangkaian kegiatan Gelar Amal Aceh untuk Sumatera Barat yang digagas Poros kemanusiaan Aceh. Kegiatan ini diharapkan mampu menggugah masyarakat Banda Aceh dan Aceh Besar untuk bersama-sama menyumbang kepada korban Gempa di Sumatera Barat dan sekitarnya.

“Konvoi ini sebagai solidaritas dari pengguna motor yang tergabung dalam klub masing-masing, dan selain konvoi para bikers juga akan melakukan atraksi menrik dengan sepeda motor,” kata Taufik dari Jupiter Series Club.

Kata Taufik, para bikers yang nanti ikut konvoi berasal dari berbagai klub motor yang ada di Banda Aceh seperti Clup Honda, Yamaha, Suzuki Shogun, Club Motor Ceper. Diperkirakan 200 bikers akan ikut.

Rute bermula dari halaman Mesjid Raya Baiturahman, pasar Aceh, Pante Pirak, Simpang Lima, T Nyak Arief, Simpang Mesra, Jambo Tape, T Chik Ditiro, dan berakhir di Jalan Muhammad Jam dan ditutup dengan atraksi sepeda motor sekitar 30 menit.

“Atraksi ini bukan ugal-ugalan, tapi memang keterampilan. Dan yang melakukan atraksi memang sudah terlatih dengan baik, dan mudah-mudahan akan menjadi suguhan menarik bagi masyarakat,” kata Taufik. [ril]


http://www.acehkita.com/berita/galang-bantuan-gempa-biker-konvoi/

Kamis, 15 Oktober 2009

Poros Kemanusiaan Aceh Kirim Relawan ke Sumbar

7 October 2009, 12:43 Kutaraja Administrator

BANDA ACEH - Poros Kemanusiaan Aceh untuk gempa Sumbar, Selasa (6/10), sekira pukul 16.00 WIB, kembali mengirimkan tim relawan ke Sumatera Barat. Relawan kemanusiaan gelombang empat yang beranggotakan 15 orang itu, dilepas oleh Koordinator Poros Kemanusiaan Aceh untuk gempa Sumbar, Taf Haikal, di halaman Kesekretariatan Yayasan Sambinoe, Jalan Iskandar, Lambhuk, Ulee Kareng, Banda Aceh.

Koordinator Poros Kemanusiaan Aceh untuk gempa Sumbar, Taf Haikal, kepada Serambi mengatakan, ke 15 relawan kemanusiaan yang dikirim itu, 10 diantaranya berasal dari Yayasan Sambinoe. Sedangkang lima orang lagi merupakan relawan dari Walhi Aceh. “Yayasan Sambinoe mengirim 6 dokter spesialis dan 4 tenaga medis. Sedangkan dari Walhi Aceh mengirmkan 5 relawan yang memiliki kemampuan manajemen bencana,” sebut Taf Haikal seraya mengatakan, pengiriman relawan kali ini juga meyertakan 2 unit mobil Double Cabin, dan 1 unit Ambulance dari Yayasan Sambinoe.

Selain mengirimkan tenaga medis dan dokter, Yayasan Sambinoe juga membawa obat-obatan, pakaian baru dan pakaian layak pakai bagi korban bencana gempa bumi di Sumatera Barat itu. Untuk mendukung Posko Kesehatan dan Mobil klinik, Yayasan Sambinoe juga menyiapkan obat-obatan bagi 2000 orang yang akan ditempatkan di mobil klinik. Selain itu, Sambinoe juga menyediakan obat-obatan bagi Posko kesehatan untuk 100 pasien.

“Tak hanya itu, Yayasan Sambinoe juga membawa bahan dan obat-obatan untuk tindakah bedah bagi 100 pasien. Disamping obat-obatan, tim ini juga membawa 600 paket susu bayi, ibu hamil dan menyusui, 500 paket pakaian dalam wanita, 300 paket pempers dan sejumlah pakaian layak pakai,” rinci Taf Haikal. Sementara mengenai penempatan relawan Walhi Aceh, kata Taf Haikal, mereka akan berkoordinasi dengan tim yang sebelumnya sudah tiba di padang dan pariaman. Tim ini akan memperkuat posko dalam melakukan assesment kebutuhan korban dan melakukan komunikasi intensif dengan berbagai pihak.

Dalam kesempatan itu, Taf Haikal juga mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh pihaknya dari tim Poros Kemanusiaan Aceh di padang menyebutkan, bahwa masyarakat disana tidak terkonsentrasi pada tenda-tenda pengungsian. Sebab, kebanyakan dari mereka lebih memilih mendirikan tenda dirumah-rumah penduduk.

Haikal mengatakan, hingga Selasa kemarin Posko Poros Kemanusiaan Aceh untuk Sumbar, terus didatangi masyarakat guna memberikan bantuannya, baik dalam bentuk barang maupun uang. “Selain menerima dan menyalurkan bantuan, Poros juga melakukan distribusi dan update informasi mengenai kondisi lapangan. Poros Kemanusiaan Aceh untuk gempa sumbar masih akan menerima sumbangan dari berbagai pihak. Dan kita berharap sekecil apapun kontribusi kita, minimal dapat meringankan beban para korban,” pungkas Haikal.(tz)


http://www.serambinews.com/news/poros-kemanusiaan-aceh-kirim-relawan-ke-sumbar

Terkait Pembangunan Jalan KPBS Minta USAID Bersikap Tegas

Serambi Indonesia, 6 Oktober 2009

BANDA ACEH - Kaukus Pantai Barat-Selatan (KPBS) meminta pihak USAID bersikap tegas tentang kelanjutan pembangunan jalan Banda Aceh-Calang, terutama pada ruas section IV yang sudah terhenti sejak 19 bulan. Persoalan ini penting bagi rakyat dan Pemerintah Aceh sehingga tidak terus berlarut-larut penderitaan yang dialami masyarakat pantai barat selatan.

Jubir KPBS, TAF Haikal didampingi dua tokoh mudah, Fadli Ali SE dan Imran Mahfudi SH kepada Serambi, Senin (5/10) mengatakan, kalau beberapa waktu lalu masih bisa dipahami bila USAID selaku penyadang dana pembangunan ruas jalan Banda-Calang menghentikan pekerjaan proyek di ruas jalan Section IV. “Ini terjadi menyusul diputusnya kontrak kerja dengan pihak PT WIKA sekitar 19 bulan lalu,” ungkapnya.

Penghentian pekerjaan dikarenakan belum selesainya persoalan yang terjadi di lapangan yang merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menyelesaikannya, seperti masalah pembebasan tanah yang belum tuntas. “Tetapi setelah semua persoalan yang terjadi di lapangan tuntas diselesaikan pemerintah, ternyata USAID belum juga melanjutkan pekerjaannya. Maka kita semua menjadi heran dan ada apa dibalik semua ini,” ujar Haikal.

Ia mengatakan, masyarakat Aceh terutama di kawasan pantai barat-selatan menaruh harapan dan penghargaan pada Pemerintah Amerika ketika negera adidaya untuk menyatakan kesediannya membangun kembali jalan tersebut yang rusak akibat bencana 24 Desember 2004. “Berlarutnya proses penyelesaian pembangunan jalan tersebut membuat kami menjadi tersiksa, karena daerah kami masih terisolir akibat jalan belum selesai dibangun. Tolong USAID memperhatikan penderitaan rakyat yang membutuhkan pertolongan itu,” katanya.

Disisi lain TAF Haikal menyatakan dalam masalah ini USAID tidak hanya megubar janji akan melanjutkan pembangunan jalan tersebut. “Tetapi yang kami minta hari ini adalah ketegasan USIAD, melanjutkan kembali proyeknya atau tidak. Kami ingin jawaban tertulis soal itu dalam waktu dekat. Ini penting, karena menyangkut keputusan yang akan diambil Pemerintah Aceh dalam persoalan ini,” katanya.

Bila USAID tidak mau melanjutkan pembangunan jalan, maka Pemerintah Aceh harus segera mengambil inisiatif untuk mengusulkan dana ke pemerintah pusat melalui APBN 2010. “Kita butuh bantuan, tetapi kalau dipermaikan terus seperti ini jelas akan membuat kita tidak ada harga diri,” ujarnya. Sebelumnya pihak Pemerintah Aceh sudah mendesak USAID untuk melanjutkan kembali pembangunan jalan tersebut. Kadis Bina Marga dan Cipta Karya, Muhyan Yunan mengatakan, pihaknya sudah sering sekali menanyakan persoalan tersebut pada penanggungjawab lapangan USAID proyek jalan Banda Aceh-Calang, Roy. “Setiap kali ditanya, ia (Roy) secara lisan selalu mengatakan akan melanjutkan kembali pembangunan jalan tersebut,” katanya.(sup)

Senin, 12 Oktober 2009

KMAPGS Bersama Yayasan Sambinoe Aceh Turun Langsung ke Sumbar

Kisaran, (Analisa)

Koalisi Masyarakat Asahan Peduli Gempa Sumatera (KMAPGS), yang bergandengan dengan Yayasan Sambinoe Aceh sudah lebih dari dua hari berada di Sumatera Barat (Sumbar) guna membantu dan meringankan masyarakat yang terkena bencana alam.

Bahkan berdasarkan laporan yang diterima dari Aziz AR Panjaitan, yang merupakan salah seorang wartawan Asahan yang ikut serta dalam misi kemanusaiaan itu mengatakan, mereka telah mendirikan Posko Induk di Rumah Sakit Bersalin Aisyiyah, Jalan Abd Muis Taratak, Kota Pariaman.

"Kami mendirikan Posko Induk,"ungkap Aziz yang dihubungi Analisa, Minggu (11/10) melalui Hand Phone (HP).

Berkoordinasi dengan relawan lainnya, seperti dari Poros Kemanusiaan Aceh untuk Sumbar yang diketuai Taf Haikal, RSU Zainal Abidin Aceh, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala-NAD, Jaringan Kesejahteraan/ Kesehatan Masyarakat (JKM) Cabang Aceh dengan Direktur dr. Rais Husni Mubarok, Tim dari RS Bersalin Aisyiah Kota Pariaman-Sumbar, serta Posko Induk Muhammadiyah Kota Pariaman, sejak Jumat (9/10) turunke "mulut-mulut" bencana.

"Di sini kami memberikan bantuan dan pengobatan gratis ke pelosok-pelosok Korong atau desa-desa di sebelah utara Kabupaten Padang Pariaman, hingga keperbatasan Kabupaten Agam Lubuk Basung," paparnya.

Perjalanan sejak hari pertama tugas kemanusiaan itu bergerak melewati beberapa tempat dengan jarak tujuan 30 hingga 40 KM dari Kota Pariaman, seperti Sungai Limau, Sungai Garingging dan Kacamatan IV Koto Aur Malintang. Persisnya melewati kawasan obyek wisata Ikan Larangan di Batang Tiku, Kampung Apa Aur Malintang..

Dengan pemandangan pilu di sepanjang perjalanan, di mana hampir 80 persen rumah-rumah penduduk yang di lalui Sambinoe, hancur atau , setidak-tidaknya setiap rumah di wilayah itu mengalami keretakan yang cukup mengkhawatirkan.

Meskipun demikian, pihaknya bersama lembaga lainnya tidak sedikitpun surut untuk melakukan pertolongan khususnya di bidang kesehatan.

"Kami bergerak menuju desa-desa di puncak dan di balik bukit, meski harus melalui jalan rusak dan terjal," papar Aziz lagi.

Dipaparkannya, pertama kali gerakan sosial ini, Jumat (9/10) dilakukan pengobatan gratis kepada 84 warga mulai dari Balita hingga Lansia, Kampung Tangah, Korong Batu Basa, Nagari III Koto Aur Malintang, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kabupaten Padang Pariaman.

Diteruskan pada besok harinya, Sabtu (10/10) di Dusun I, Korong Durian Jantung, Nagari III Koto Aur Malintang, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kabupaten Padang Pariaman. Melayani 190 pasien, dengan Koordinator Lapangan dr. Lea (Aceh). Dibantu dr. Doddy Faisal Mahdi Pane (Asahan-Sumut), dr. T. Chik, dr. Yudiar, Arfan SKed, Hadi (Aceh), Muhammad Akhir Nasution dan Aziz AR Panjaitan (Asahan-Sumut). (aln)


http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=31337:kmapgs-bersama-yayasan-sambinoe-aceh-turun-langsung-ke-sumbar-&catid=51:umum&Itemid=31

Jembatan agar Dibangun

Pemprov NAD Perlu Segera Ambil Alih

Senin, 24 Agustus 2009 | 04:29 WIB

Banda Aceh, Kompas - Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diminta mengambil alih pembangunan Jembatan Lambesoe di Kecamatan Lamno, Kabupaten Aceh Jaya, jika lembaga bantuan Pemerintah Amerika Serikat tidak sanggup melanjutkan pembangunan jembatan tersebut.

Hal itu dikatakan Ketua Komisi D yang membidangi masalah infrastruktur dan pembangunan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPR Aceh) Sulaiman Abda di Banda Aceh, Minggu (23/8).

”Pengambilalihan itu sangat dimungkinkan mengingat sudah beberapa tahun jembatan itu tidak dibangun oleh USAID (Badan untuk Pembangunan Internasional AS),” kata Sulaiman.

Sulaiman mengatakan, sudah beberapa tahun pembangunan Jembatan Lambesoe, salah satu jembatan inti yang menghubungkan kawasan pantai timur dan pantai barat-selatan Aceh, tidak kunjung usai. Pembangunan jembatan tersebut terhenti sejak tahun 2008.

Lebih lanjut, politisi dari Partai Golkar ini mengatakan, dirinya sudah berkali-kali meminta kepada pihak USAID untuk melanjutkan kembali pembangunan yang terhenti sejak beberapa tahun lalu. Berbagai permasalahan yang sempat menghentikan pelaksanaan proyek pembangunan jembatan tersebut, seperti permintaan uang dari kelompok tertentu senilai Rp 150 juta dan pembebasan lahan warga, sudah tidak menjadi masalah lagi.

”Semuanya sudah tidak menjadi masalah lagi bagi pelaksana proyek. Pembebasan lahan sudah ditangani oleh pemerintah provinsi. Seharusnya, proyek sudah berjalan seperti biasa,” katanya.

Pembangunan jembatan tersebut mendesak dilakukan karena Jembatan Kartika-Jembatan Bailey yang dibangun Batalyon Zeni Tempur 1 Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat saat ini tidak mampu dilewati lagi oleh truk angkutan barang dan bus. Hanya kendaraan pribadi dan kendaraan roda dua serta angkutan penumpang yang bisa melintasi jembatan itu.

Angkutan barang, seperti sembilan bahan kebutuhan pokok dan kebutuhan untuk pembangunan di pantai barat-selatan lainnya, tidak bisa lewat kalau air sungai naik.

Hal yang sama juga diutarakan juru bicara Kaukus Pantai Barat Selatan, TAF Haikal. Dia mengatakan, Pemprov NAD beserta dinas-dinas terkait harus serius menangani hal ini.

Haikal menjelaskan, untuk mencapai kawasan pantai barat-selatan, ada tiga jalur yang bisa digunakan. Namun, semuanya dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.

Jalur tengah yang bisa dilewati, yaitu jalur Banda Aceh-Meulaboh via Tangse, rawan longsor pada musim hujan seperti sekarang ini.

Kondisi alam, disertai dengan tanjakan yang curam dan jalan yang sempit, membuat jalur ini sangat sulit dilewati oleh truk- truk berat. Ditambah lagi dengan kondisi jalan yang berlubang.

Truk dan angkutan barang yang memilih melalui jalur Medan-Subulussalam-Tapaktuan masih harus membatasi tonase beban yang dibawanya. (MHD)


http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/08/24/04294043/.Jembatan.agar.Dibangun.

Minggu, 04 Oktober 2009

Aceh Buka Posko Kemanusiaan untuk Korban Gempa Padang

Sabtu, 03 Oktober 2009 | 16:07 WIB

TEMPO Interaktif, Banda Aceh - Para aktivis Aceh membuka sebuah posko kemanusiaan untuk mengumpulkan bantuan bagi korban gempa di Sumatera Barat. Posko itu diberi nama, Poros Kemanusiaan Aceh untuk Sumatera Barat.

Hal itu disampaikan oleh Taf Haikal, Koordinator Poros tersebut, Sabtu (03/10) di Banda Aceh. ”Mendengar kabar gempa dahsyat di Sumater Barat, elemen sipil Aceh langsung menggelar rapat mendadak. Kami lalu membuka posko,” ujarnya. Haikal adalah salah satu aktivis Aceh yang kehilangan keluarganya saat tsunami Aceh lima tahun silam.

Menurutnya posko dipusatkan di Kantor Forum LSM Aceh. Berbagai elemen tergabung dalam Poros ini, selain kalangan LSM, juga berbagai organisasi masyarakat, mahasiswa dan individu.

Posko bertugas menghimpun dana untuk disalurkan bagi korban gempa yang saat ini tinggal di tenda-tenda darurat di Sumatera Barat. “Kita juga telah mengirimkan beberapa relawan ke sana,”ujar Haikal.

Kata Haikal, aksi itu dilakukan sebagai bentuk empati yang besar terhadap korban bencana di seluruh daerah. Poros Kemanusiaan Aceh sebelumnya juga ikut membantu korban gempa Jogjakarta dan Jawa Tengah.

“Bagi kami, gempa dan tsunami di Aceh memberikan pelajaran penting, betapa rasa kemanusian menjadi pengikat silaturrahmi umat manusia. Rasa kamanusian ini harus tetap kita tumbuh kembangkan. Cukup banyak bantuan yang mengalir ke Aceh waktu itu. Selayaknya, kita juga melakukan hal yang sama, membantu saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah,” ujar Taf Haikal.

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/10/03/brk,20091003-200622,id.html

Sabtu, 03 Oktober 2009

Poros Kemanusiaan Aceh Galang Dana Gempa Sumbar

Banda Aceh, (Analisa)

Poros Kemanusiaan Aceh yang dimotori elemen sipil membuka posko untuk menggalang dana bagi korban bencana gempa bumi di Sumatera Barat (Sumbar), beberapa hari lalu.

"Kami telah membuka posko beralamat di Jalan T Iskandar No 56, Lambhuk, Banda Aceh, untuk penggalangan dana kepada semua elemen yang ikut bersimpati pada korban gempa di Sumbar. Poros kemanusiaan Aceh untuk Sumbar juga akan membuka rekening khusus yang akan menghimpun dana-dana kemanusiaan. Kami akan siap menampung, menghimpun bantuan dan akan disalurkan kepada korban gempa di sana," ujar Koordinator Poros Kemanusiaan Aceh, TAF Haikal, Jumat (2/10).

Dijelaskan, setelah mendengar kabar gempa dahsyat di Sumbar, elemen sipil Aceh langsung menggelar rapat mendadak. Dalam pertemuan yang dilakukan di Kantor Forum LSM Aceh memutuskan untuk membuka posko kemanusiaan Aceh untuk Sumbar.

Berbagai elemen tergabung dalam poros ini. Bukan hanya kalangan LSM, tetapi berbagai ormas, mahasiswa dan individu juga bergabung dalam aksi kemanusiaan ini. Posko ini akan menghimpun dana untuk disalurkan bagi korban gempa yang saat ini tinggal di tenda-tenda darurat. Dalam waktu spontan dalam rapat yang digelar, poros kemanusiaan Aceh untuk Sumbar berhasil mengumpulkan dana Rp2,7 juta.

"Aksi spontan ini kami lakukan sebagai rasa empati yang besar terhadap korban bencana di seluruh daerah. Hal yang sama sudah dilakukan oleh poros kemanusiaan Aceh untuk membantu korban gempa Yogya dan Jateng beberapa waktu lalu. Kami berharap aksi solidaritas ini menjadi semangat baru dalam memberikan perhatian bagi setiap bencana yang ada di berbagai daerah," kata Haikal.

Menurutnya, gempa bumi dan tsunami di Aceh beberapa tahun lalu, memberikan pelajaran penting, betapa rasa kemanusiaan menjadi pengikat silaturahmi umat manusia.

"Rasa kamanusiaan ini harus tetap ditumbuhkembangkan. Cukup banyak bantuan yang mengalir ke Aceh waktu itu. Maka selayaknya, kita juga melakukan hal yang sama, membantu saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah," terangnya.

Poros kemanusiaan Aceh untuk Sumbar juga menjajaki pelaksanaan konser amal. Konser ini akan menghadirkan para musisi papan atas Aceh dan elemen pegiat seni lainnya. Diharapkan dengan konser ini akan dapat menghimpun bantuan kemanusiaan untuk korban gempa Sumbar.

"Berbagai upaya terus kami lakukan untuk menggalang solidaritas segenap lapisan masyarakat Aceh. Kami berharap, sekecil apapun kontribusi kita berikan akan sangat berarti bagi saudara kita yang sedang tertimpa musibah," sebutnya. (mhd)

http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=30459:poros-kemanusiaan-aceh-galang-dana-gempa-sumbar-&catid=42:nad

Jumat, 02 Oktober 2009

Pemerintah Aceh Kirim Tim Relawan ke Sumbar

Media Serambi Indonesia
2 October 2009, 14:22 Utama Administrator

Poros Kemanusiaan Aceh Galang Dana Gempa Sumbar

BANDA ACEH - Respons Pemerintah Aceh terhadap penderitaan masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) akibat diguncang gempa berkekuatan 7,6 skala Richter langsung diperlihatkan dengan mengirimkan tim relawan sosial gelombang pertama yang dilepas oleh Wagub Aceh, Muhammad Nazar, Kamis (1/10). Tim berkekuatan 25 personel dari berbagai unsur itu bergerak ke lokasi bencana dengan konvoi angkutan darat, pukul 21.00 WIB tadi malam.

Tim relawan sosial yang dikirim Pemerintah Aceh untuk gelombang pertama terdiri atas Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinsos Aceh sebanyak 20 orang, relawan komunikasi dari RAPI Wilayah 0101 Kota Banda Aceh tiga orang, dan dua orang dokter dari RSU Zainoel Abidin Banda Aceh. “Misi mereka bukan hanya memberikan pertolongan di lokasi bencana tetapi juga membawa armada bermuatan bahan-bahan makanan masa panik, sekaligus melihat secara langsung bagaimana kondisi di lapangan,” kata Wagub Aceh, Muhammad Nazar didampingi Kadis Sosial Aceh, Ridwan Sulaiman di sela-sela proses penglepasan tim relawan di depan rumah dinas Wagub, kemarin.

Wagub berharap relawan yang dikirim ini mampu bekerja dengan baik dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dengan begitu kehadiran tim relawan sosial kemanusiaan Provinsi Aceh ke Sumbar benar-benar dirasakan manfaatnya oleh warga yang tertimpa musibah. Wagub Aceh bersama rombongan dijadwalkan akan menyusul ke Sumbar pada Sabtu (3/10) pagi untuk memberikan bantuan untuk korban gempa di sana.

Sebelumnya, Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf dalam pesan singkatnya, Kamis (1/10) pukul 01.15 dini hari, meminta Wagub Aceh untuk segera mengantar bantuan dalam bentuk material maupun relawan kemanusiaan ke Sumatera Barat. Pesan singkat yang ditujukan kepada Wagub Aceh dan turut ditembuskan ke Serambi itu, dikirim Irwandi beberapa saat sebelum keberangkatannya ke California untuk menghadiri acara pertemuan Gubernur se-dunia mengenai perubahan iklim global di, 1-2 Oktober 2009 di Los Angeles, Amerika Serikat. Gubernur juga berpesan agar Wagub Aceh untuk menyiagakan dokter-dokter dan perawat guna membantu penderitaan masyarakat korban gempa Sumbar. “Tentunya setelah Anda berkomunikasi dengan pejabat Sumbar,” pesan Irwandi.

Gerakan elemen sipil
Selain respons Pemerintah Aceh, berbagai elemen sipil di daerah ini juga mulai melancarkan aksi penggalangan dana kemanusiaan untuk disalurkan kepada korban bencana. Seperti yang dilakukan Poros Kemanusiaan Aceh untuk Sumbar yang di dalamnya termasuk LSM, organisasi masyarakat, mahasiswa dan individu. Poros Kemanusiaan Aceh, kemarin menggelar rapat mendadak di ‘markas’ Forum LSM Aceh, Jalan T Iskandar 56, Lambhuk, Banda Aceh. “Poros Kemanusiaan Aceh sepakat untuk melakukan aksi kemanusiaan penggalangan dana untuk Sumbar,” kata Koordinator Poros Kemanusiaan Aceh, TAF Haikal dalam siaran pers-nya.

Menurut Haikal, Poros Kemanusiaan Aceh akan membuka posko untuk menghimpun dana guna disalurkan untuk korban gempa Sumbar. Pada pertemuan awal kemarin, Poros Kemanusian Aceh untuk Sumbar berhasil mengumpulkan dana spontan Rp 2.700.000. “Kami juga akan melakukan penggalangan dana kepada semua elemen yang ikut bersimpati pada korban gempa Sumbar. Juga direncanakan untuk menggelar konser amal,” ujarnya.

Seruan HUDA
Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) mengimbau seluruh masyarakat Aceh memberikan bantuan, baik materi maupun doa untuk keselamatan para korban gempa di Sumbar. “Bantuan materi dalam bentuk apapun bisa dikumpulkan di masjid-masjid yang nantinya akan dikirimkan kepada saudara kita yang tertimpa musibah,” tulis Tgk H Faisal Ali, Sekjen HUDA, dalam siaran persnya kepada Serambi, Kamis (1/10).

Tim BSMI
Sementara itu Yayasan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Cabang Banda Aceh, Kamis (1/10), mengirimkan tim kemanusiaan ke Sumbar. Tim terdiri atas seorang dokter, seorang ahli kesehatan gizi dan makanan, seorang paramedis dan satu orang tenaga ahli logistik dan maintenance. “Mereka berangkat menggunakan mobil ambulance lapangan membawa obat-obatan dan tenaga medis serta sembako, obat-obatan, pelayanan kesehatan, pakaian, dan sebagainya. Inilah bentuk solidaritas kepada saudara kita yang terkena musibah,” ujar Public Relation BSMI Banda Aceh, Dedi Fitriady. BSMI juga membuka Posko Penggalangan Bantuan BSMI untuk Sumbar. Posko berlokasi di RSU Bulan Sabit Merah Indonesia Banda Aceh, Jalan Sultan Malikul Saleh 17 Lamlagang. Telepon 0651-638701/CP Koordinator Posko Bantuan 0852-77825168.

Respons Aceh Selatan
Pemkab dan Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) Penanggulangan Bencana Aceh Selatan menyatakan akan mengirim tim relawan untuk membantu korban gempa di Sumbar. Bupati Aceh Selatan, Husin Yusuf, kepada Serambi, Kamis (1/10) mengatakan, pemerintah dan masyarakat Aceh Selatan bersimpati atas musibah yang menimpa masyarakat Sumbar. “Saya dan masyarakat Aceh Selatan menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada korban gempa di Sumbar. Kami juga akan segera mengirim tim relawan untuk membantu korban di sana,” kata Husin Yusuf.(tz/dwi/az)

http://www.serambinews.com/news/pemerintah-aceh-kirim-tim-relawan-ke-sumbar