Senin, 21 Maret 2011

Tonase Truk Gila-gilaan Ancam Ruas Jalan USAID

Mon, Mar 14th 2011, 10:14
* Jubir KPBS: Jembatan Timbang bukan Solusi
Aceh Barat

MEULABOH - Pihak Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Provinsi Aceh menyatakan kekecewaan terhadap tonase (muatan) truk yang melintas di jalur barat-selatan yang gila-gilaan sehingga mengancam daya tahan ruas jalan USAID (Banda Aceh-Calang) termasuk jembatan di lintasan tersebut. Bahkan, berulangnya kerusakan jembatan Kartika di Kecamatan Jaya (Lamno) juga terkait dengan muatan yang jauh di atas ambang batas tersebut.

Pejabat dari BMCK Aceh, Syamsul Bahri kepada Serambi, Minggu (13/3) mengatakan, terkait dengan muatan truk yang gila-gilaan itu, pihaknya berharap bisa difungsikan kembali jembatan timbang agar muatan setiap truk bisa diketahui secara persis. “BMCK sudah menyampaikan hal itu (soal perlunya jembatan timbang) ke Dinas Perhubungan Aceh,” kata Syamsul.

Menurut laporan yang diterima Syamsul, dalam praktik selama ini diduga ada permainan antara awak truk dengan pengurus mereka. Karena surat yang dikeluarkan muatan rata-rata di bawah 30 ton tetapi kenyataan ada yang mengangkut di atas 50 ton. Ini muatan yang gila-gilaan. Ancaman bukan saja pada jalan USAID tetapi juga jembatan Kartika di Lamdurian yang selalu mengalami kerusakan,” ujar Syamsul.

Syamsul juga menemukan beberapa titik di ruas jalan USAID ada yang sudah mulai rusak. Padahal, katanya, kualitas jalan USAID itu cukup bagus tetapi karena truk yang melintas di atasnya bermuatan di lura kewajaran, maka ruas jalan itu tetap saja rusak sebelum waktunya. “Jenis truk yang melintas bukan saja roda enam atau delapan tetapi hingga roda 10 bahkan 12,” katanya.

Bukan solusi
Juru Bicara Kaukus Pantai Barat-Selatan (KPBS), TAF Haikal yang dimintai tanggapannya soal kekhawatiran pihak BMCK karena tonase truk yang melintasi jalan USAID, termasuk jembatan di ruas jalan nasional itu sudah gila-gilaan, menilai wajar-wajar saja ada kekhawatiran seperti itu. “Saya pikir memang perlu pengawasan yang ketat terhadap angkutan, termasuk muatan truk barang. Perlu juga dilakukan semacam penelitian kenapa awak truk sampai nekat membawa muatan yang terkadang melebihi kapasitas,” kata Haikal. “Bisa jadi untuk menutupi berbagai pengeluaran yang tak terencana, misalnya pungli dan lain-lain,” lanjut Haikal.

Terhadap harapan BMCK agar Dinas Perhubungan menghidupkan kembali jembatan timbang, menurut Haikal hal itu bukan solusi terbaik apalagi untuk menjamin tak ada lagi pelanggaran. “Bukan mustahil jembatan timbang bisa menjadi peluang korupsi bagi oknum-oknumnya. Ini bisa berakibat kerugian dua kali, yaitu jalan dan jembatan tetap rusak, korupsi tetap subur,” katanya.

Menurut Haikal, yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Aceh ke depan adalah meningkatkan pengawasan terhadap semua jenis angkutan dan menerapkan sanksi tegas terhadap yang melanggar, bukan malah menjadikan pelanggaran itu sebagai objek untuk mendapatkan keuntungan pribadi oknum-oknum petugas di lapangan. “Kalau ini yang terjadi, wajar jika awak truk nekat menambah muatan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran ilegal,” kata Haikal.

Sedangkan solusi jangka panjang, lanjut Haikal, Pemerintah Aceh harus menyesuaikan pembangunan jalan dan jembatan dengan kemajuan alat transportasi. “Artinya, pembangunan harus berperspektif ke depan yang lebih berkualitas disesuaikan kemajuan perkembangan angkutan,” demikian Haikal.(riz/nas)


http://m.serambinews.com/news/view/51492/tonase-truk-gila-gilaan-ancam-ruas-jalan-usaid

Tidak ada komentar: