Minggu, 28 Desember 2008

Empat Tahun Tsunami Ribuan Korban Masih Tempati Barak Pengungsi

SUARA PEMBARUAN DAILY

AP /Heri Juanda

Warga Aceh berdoa di bawah perahu sisa gelombang tsunami 26 Desember 2004 di Desa Lampula, Banda Aceh, Jumat (26/12). Warga memperingati 4 tahun terjadinya bencana gempa dan tsunami dengan berdoa bersama.

[MEULABOH] Ribuan korban gempa bumi dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 hingga saat ini belum mendapat fasilitas perumahan. Mereka masih tinggal di barak yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota. Sementara itu, pihak Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias mengaku, sudah membangun rumah untuk korban bersama lembaga donor dan NGO Internasional. Pemerintah pusat dan pemerintah se-Indonesia sudah melebihi dari kebutuhan.

Di Aceh Barat, ada 2.106 kelapa keluarga (KK) korban tsunami, hingga saat ini belum mendapat rumah bantuan. "Bahkan, ada di antara korban adalah anak yatim yang sudah tidak memiliki orangtua belum mendapatkan perhatian," ujar Bupati Aceh Barat Ramli MS kepada SP, Jumat (26/12) di Meulaboh.

Menurutnya, masalah ini menjadi ironis dan perlu ada perhatian dari semua pihak agar para korban, bisa mendapatkan haknya dalam sisa waktu proses rehabilitasi dan rekonstruksidi Aceh. Banyaknya korban yang belum mendapat perhatian akibat dari banyak komitmen lembaga donor dan BRR tidak merealisasikan janjinya.

Selain masalah rumah, Ia mengungkapkan di Aceh Barat berbagai laporan dari masyarakat mengungkapkan banyak bangunan yang dikerjakan BRR tidak layak digunakan. Misalnya, kantor camat dan kantor transmigrasi tak digunakan karena bangunan tak berkualitas. Laporan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) menyatakan, 70 persen bangunan dari BRR berkualitas kurang bagus. Senada dengan Bupati Ramli, Wakil Ketua DPR Aceh Barat Cut Agam saat dikonfirmasi terpisah mengatakan, banyak bangunan tak berkualitas sehingga tak digunakan. Ia minta pihak BRR untuk memperbaikinya.

Sementara itu, di barak, Aleu Penyaring mengaku sudah empat tahun menempati barak pengungsi, tetapi belum ada kejelasan akan mendapatkan bantuan rumah. Hal senada juga diungkapkan Dedek (33) korban asal Kampung Belakang Meulaboh juga mengalami nasib sama, ia mengaku hingga saat ini belum ada rumah bantuan, sedangkan sejumlah korban lain di desa yang sama sudah mendapat bantuan.

Prihatin

Abdul Jali, aktivis LSM GSF Aceh Barat, mengaku prihatin dengan nasib korban yang belum mendapat rumah, bahkan ada anak yatim yang orangtuanya sudah tidak ada, tega dibiarkan hidup terus merana, ini menjadi sesuatu yang ironis di saat Aceh banyak dana atas bantuan dari berbagai lembaga donor NGO Internasional, Badan PBB dan juga lembaga dalam negeri, jika dilihat dari jumlah dana yang dikirim ke Aceh dan juga dikelola BRR mestinya pada tahun ini tidak didengar lagi ada korban yang hidup menderita. Tetapi, anehnya lagi BRR setiap tahun tidak mampu menghabiskan anggaran untuk melaksanakan program rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh.

Juru Bicara Kaukus Barat Selatan TAF Haikal menyebutkan, pada usia empat tahun tsunami harapan besar dari masyarakat, sangatlah sederhana, berikan mereka rumah, hidupkan ekonomi rakyat dengan memperbaiki semua infrastruktur jalan dan jembatan, tetapi harapan tersebut tidak terwujud.

Ketua DPR Aceh Said Fuad Zakaria menyebutkan, empat tahun tsunami ada sejumlah kemajuan dicapai, tetapi masih ada sejumlah kelemahan dan juga kekurangan yang membutuhkan perhatian kembali di masa mendatang.

Juru Bicara BRR Aceh-Nias Juanda Jamal menyebutkan, jumlah rumah bantuan dari rencana awal 600.000 unit semua telah dibangun. Bahkan, saat ini total rumah sudah melebihi dari perkiraan sebelumnya, jumlah hampir mencapai 700.000 unit rumah. Tetapi jika masih juga ditemukan korban belum mendapat rumah bantuan itu, harus didata kembali dan BRR dalam sisa waktu tersedia akan menuntaskan. [147]

Last modified: 27/12/08

http://202.169.46.231/News/2008/12/27/Nusantar/nus01.htm

Tidak ada komentar: