Aneka - Senin, 30 Apr 2012 00:32 WIB
int
Beberapa hari terakhir,
masyarakat di sejumlah daerah di Aceh kembali diresahkan dengan isu
yang beredar melalui pesan singkat (SMS) terkait prediksi gempa bumi.
Kemudian isu dari
pesan singkat telepon seluler itu pun cepat beredar. Ada yang percaya
dan juga tidak sedikit warga yang mengabaikan dengan keyakinan bahwa
tidak ada ilmuan dapat memprediksikan tentang kapan gempa terjadi.
Bagi warga yang termakan isu bakal terjadi gempa dahsyat seperti isi
pesan SMS itu mulai khawatir, terutama penduduk yang bermukim di pesisir
pantai, seperti di Kabupaten Aceh Jaya. Ratusan orang pun bergegas
mengungsi ke dataran tinggi pada Rabu (25/4).
Di Kota Banda Aceh, sebagian warga juga mulai termakan isu gempa dahsyat
seperti pesan SMS itu, termasuk sejumlah pelajar yang takut ke sekolah.
Isu gempa dahsyat yang diprediksi akan terjadi antara pukul 15.00-16.00
WIB pada Rabu (25/4) seperti beredar dari pesan SMS itu juga
mempengaruhi sebagian orang di Kota Banda Aceh.
Sebagian pedagang di pasar juga termakan isu bencana gempa tersebut,
kemudian menutup usahanya dan segera pulang ke rumah masing-masing.
Dalam beberapa tahun terakhir pascagempa berkekuatan 8,9 Skala Richter
yang disertai tsunami pada 26 Desember 2004, bumi Aceh memang belu sepi
dari guncangan gempa bumi.
Terakhir, gempa bumi berkekuatan 8,5 Skala Richter juga menguncang Aceh
pada 11 April 2012. Guncangan gempa bumi yang berpusat di perairan laut
Pulau Simeulue itu membuat kepanikan luar bisa dikalangan masyarakat
Aceh.
Tsunami 26 Desember 2004 di Aceh, membuat "Indonesia menanggis" karena
hampir 200 ribu penduduk kawasan pesisir pantai Aceh meninggal dunia dan
hilang.
Karenanya, jika muncul kepanikan warga saat gempa atau berhembusnya isu
tentang bakal terjadinya bencana bagi masyarakat Aceh sesuatu yang
"manusiawi" karena pengalaman 26 Desember 2004.
Namun isu bakal terjadi gempa bumi dahsyat yang beredar dari pesan SMS
beberapa hari lalu dikecam sejumlah pihak, karena telah berdampak
keresahan masyarakat di provinsi ujung paling barat Pulau Sumatera itu.
Bahkan, sebagian warga meminta pemerintah dan aparat kepolisian untuk
mengusut sumber pengedar pesan dari SMS yang telah meresahkan masyarakat
di provinsi berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa itu.
Bahkan, para ahli, peneliti dan lembaga pemerintah terkait masalah
kebencanaan di Aceh menegaskan bahwa prediksi gempa bumi 12 Skala
Richter di sekitar Pulau Sumatra yang beredar di kalangan masyarakat
lewat SMS itu sesuatu menyesatkan.
Sampai saat ini, belum ada satu pun ilmuwan di dunia yang mampu
memprediksikan kapan terjadinya gempa secara tepat, demikian siaran pers
bersama pemerintah, peneliti, ahli dan lembaga kebencanaan di Aceh itu.
Pernyataan bersama dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA),
pusat riset tsunami dan mitigasi bencana (TDRMC) Unsyiah, Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Banda Aceh, Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia Aceh dan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Kota
Banda Aceh, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia serta Taruna
Siaga Bencana (TAGANA) Provinsi Aceh.
Oleh karena itu, prediksi gempa yang mengikutkan prediksi waktu adalah keliru dan menyesatkan.
Para peneliti dan ahli serta relawan kebencanaan di Aceh itu juga
menegaskan bahwa sumber informasi yang dicantumkan di dalam SMS tersebut
tidak dikenal di kalangan ilmuwan kegempaan di dunia.
Dari redaksi SMS yang beredar adalah salah dari sudut pandang ilmiah di
mana mereka menggunakan SR (Skala Richter) yang sebenarnya tidak dapat
digunakan untuk gempa skala besar.
Untuk informasi awal kepada masyarakat bahwa gempa bumi dengan skala
richter hanya sampai 10 SR atau lebih tepatnya 10Mw (dalam satuan yang
besarnya hampir sama dengan SR).
Untuk itu, BPBA, BMKG dan perwakilan lembaga di Aceh mengimbau
masyarakat tidak meneruskan SMS-SMS gempa bumi yang mencantumkan
prediksi gempa 12 SR dan waktu terjadinya.
Ketua RAPI Kota Banda Aceh, TAF Haikal mengharapkan peran serta para
ulama dan tokoh masyarakat untuk turut menenangkan warga agar tidak
terpengaruh terhadap informasi/SMS gempa bumi yang keliru tersebut.
Namun yang perlu dilakukan masyarakat pada saat ini adalah meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan terhadap bencana khususnya bencana-bencana
yang relevan untuk wilayah Aceh seperti gempabumi, tsunami, banjir,
tanah longsor dan lain-lain.
Pernyataan bersama itu juga mengimbau masyarakat untuk memperhatikan
arahan yang diberikan dari sumber resmi yaitu BMKG, BPBA, BPBD, dan
pemerintah daerah setempat tanpa panik atau khawatir yang berlebihan.
Tidak Perlu Panik
Kalangan ulama mengimbau masyarakat Aceh jangan panik dalam menyikapi
informasi yang dihembuskan pihak-pihak tidak bertanggung jawab terkait
masalah ramalan gempa bumi.
"Kita tidak perlu terlalu percaya dengan ramalan atau prediksi-prediksi
itu, apalagi jika informasi bencana yang menimbulkan kepanikan
masyarakat tersebut sumbernya tidak jelas, pesan SMS" kata Sekjen
Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Ali.
Pesan SMS itu telah membuat warga gelisah, resah dan khawatir
berlebihan, apalagi sampai ada warga yang meninggalkan rumahnya pergi ke
gunung seperti penduduk di pesisir pantai Kabupaten Aceh Jaya.
Faisal Ali yang juga Ketua PWNU Aceh itu menjelaskan bahwa Provinsi Aceh
masih banyak ulama sebagai guru agama sekaligus tempat bertanya jika
ada sesuatu informasi terkait dengan masalah-masalah ghaib.
"Hal-hal yang ghaib itu adalah urusan Allah SWT, termasuk kapan
terjadinya gempa bumi. Bahkan, para ilmuwan di dunia melalui peralatan
canggihnya hingga kini belum bisa memprediksi kapan terjadinya gempa
bumi," kata dia.
Bahkan, karena terlalu percayanya terhadap ramalan itu maka membuat setiap orang panik.
"Yang paling tepat, jika kita mendengar sesuatu informasi maka tanyakan
kepada para ulama, sehingga bisa menjadi obat penentram jiwa jika kita
sedang dihadapi kepanikan akibat berbagai isu atau remalan," katanya
menjelaskan.
Tidak ada manusia yang mengetahui hal-hal ghaib, karena itu hanya urusan Allah SWT, seperti soal kematian seseorang.
Sesuai ajaran Islam, katanya, jika umat mengalami kegelisahan maka
obatnya adalah perbanyak ibadah, membaca Al Quran dan berzikir serta
memohon ampunan dan petunjuk kepada Allah SWT.
Faisal Ali juga meminta berbagai pihak tidak memberikan informasi dan
berita yang justru menimbulkan kepanikan masyarakat. Perbuatan itu
merupakan dosa besar, apalagi jika ada masyarakat yang terpengaruh,
kemudian panik akibat informasi yang disajikan tersebut.
Selain itu, ia juga mengimbau umat Islam khususnya warga di provinsi
berpenduduk mayoritas muslim untuk terus meningkatkan ketaqwaan kepada
Allah SWT semoga diampuni dosa dan dijauhi dari marabahaya dan bencana
alam.
"Pengajian di kampung-kampung harus diramaikan. Segala bentuk maksiat
harus disingkirkan, sehingga Allah SWT terus melindungi kita dari
marabahaya dan bencana alam," katanya menambahkan.
Kerusakan di atas bumi akibat ulah manusia. Jangan biarkan maksiat dan
perbuatan yang melanggar hukum terjadi ditengah-tengah masyarakat. Dari
kebaikan yang dikerjakan, maka Allah SWT pasti akan melimpahkan
rahmatNya kepada penduduk bumi.(Ant/Azhari)
http://www.analisadaily.com/news/read/2012/04/30/48345/trauma_gempa_aceh_belum_pulih/