Firman Hidayat | The Globe Journal
Kamis, 09 Februari 2012 00:00 WIB
Banda Aceh — Direktur Eksekutif Achenese Civil Society Task Force (ACSTF), Juanda Djamal mengatakan Pemerintah Aceh harus memikirkan bagaimana seharusnya hasil tambang di Aceh dapat diolah dalam negerinya sendiri. Bukan dibawa ke luar negeri untuk memberi keuntungan bangsa lain.
Pernyataan dari mantan Deputi Komunikasi BRR Aceh —Nias itu secara spontan disampaikan dalam acara Focus Discussion Club (FDC) di Hotel Oasis, (09/2) tadi pagi. Ia terkesima melihat maraknya pengerukan tambang bijih besi dan pasir besi di Aceh yang kerap menimbulkan konflik sosial dalam kehidupan masyarakat. Sementara bangsa lain makmur dari hasil tambang Aceh.
Acara setengah hari itu digagas oleh Komunitas Masyarakat Aceh Besar bersama jajaran pemerintahan dan pegiat LSM lingkungan di Aceh. Focus Discussion Club ini dipandu oleh juru bicara Kaukus Pantai Barat Selatan, Taf Haikal.
Pada kesempatan itu, Djuanda Jamal menegaskan bahwa saat ini China ingin menguasai dunia melalui teknologi persenjataannya. Sehingga tambang bjih besi dan pasir besi di Aceh banyak dilirik oleh pengusaha dari China. “Hasilnya diekspor ke China, berarti yang untung bangsa lain, sedangkan Indonesia dan Aceh selalu saja timbul konflik sosial,” kata dia.
Kebijakan yang dibuat China itu untuk mengumpulkan pasir dan bijih besi adalah membangun kapal perang dan pabrik senjata. Sasaran empuk bangsa itu adalah Aceh, apalagi Provinsi Aceh ini masuk dalam koridor master plan perekenomian Indonesia wilayah Sumatera perihal bijih besi.
Artinya bangsa lain sedang melirik Aceh dengan bijih besinya. “Sebaiknya Pemerintah Aceh sudah harus memikirkan bagaimana mengatur kerjasama dengan China untuk mengolah bijih besi itu dalam negerinya sendiri bukan di ekspor ke China,” tegas Djuanda Djamal.
Menurutnya Pemerintah Aceh harus buat master plan yang kuat soal tambang ini. Apalagi Aceh sangat kaya akan tambang. “Kedaulatan masyarakat sebagai pemilik saham untuk masalah tambang ini harus lebih diutamakan,” ujar Djuanda. Setidaknya dengan ada pabrik pengolah besi di Aceh maka bisa membantu pembangunan jembatan di daerah-daerah terisolir.
Sementara itu Kepala Dinas Pertambangan Aceh Besar, Bakhtiar juga mengakui besarnya minat investor luar untuk membuka tambang bijih besi dan pasir besi di Kabupaten Aceh Besar. Bahan galian bijih besi memiliki luas hingga 632 ribu meter kubik. Sedangkan luas potensi pasir besir mencapai hingga 4 juta meter kubik lebih di Kabupaten Aceh Besar.
http://theglobejournal.com/varia/bijih-besi-aceh-diekspor-ke-china-untuk-senjata/index.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar